WahanaNews.co | Sebanyak 109 ton ikan, yang
dibudidayakan di dalam keramba jaring apung (KJA) Danau Toba, di Desa
Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, mati
mendadak.
Dugaan
sementara, kematian ikan-ikan itu disebabkan faktor cuaca dan jumlah yang
melebihi kapasitas KJA, sehingga ikan-ikan itu diduga kekurangan oksigen.
Baca Juga:
Tangis Keluarga Pecah di Makam Eks-Casis TNI Asal Nias
Informasi
dari Kepala Dinas Perikanan dan Pertaniann Kabupaten Samosir, Viktor Sitinjak,
sebanyak 38 petani ikan keramba jaring apung (KJA) Danau Toba di Kelurahan
Siogung-ogung dan Desa Tanjung Bunga menderita kerugian ratusan juta akibat
usaha mereka diterpa musibah ikan mati mendadak. Padahal, saat ini sudah masuk dalam proses panen.
"Dari KJA, yang
ikannya mati berjumlah 38 KJA, dan data sementara ada 109 ton ikan
yang mati," kata Vicktor Sitinjak kepada wartawan di Medan, Jumat (23/10/2020).
Viktor
menjelaskan, lokasi KJA yang mati kebanyakan di Desa Siogung-ogung. Pihaknya
saat ini tengah mengupayakan lokasi penguburan bangkai ikan di Huta Tinggi.
Baca Juga:
Ini Dia Kepsek Pelaku Penganiayaan Siswa SMK Nias Selatan hingga Tewas
Dia pun mengaku akan melakukan
pemeriksaan dengan mengambil sampel ikan mati untuk diuji labotorium guna mengetahui persis
penyebab kematian ikan-ikan itu.
"Dugaan
kami sementara, karena airnya terlalu dangkal, jadi kemarin ada angin
kencang, mengakibatkan air berputar ke bawah, naiklah kotoran yang di bawah
keramba, sehingga ikan yang di keramba jadi tidak bisa bernafas, karena oksigenya kurang.
Jadi bukan karena tercemar penyakit atau apa. Bukan, karena memang airnya
berputar, naik sendiri ke atas, sehingga ikan tidak bisa bernapas," bebernya.
Viktor
mengimbau para petani ikan, untuk mencegah hal serupa terjadi kembali, disarankan
agar KJA yang lokasinya rendah dipindah ke yang lebih dalam.