WahanaNews.co | Bukan mustahil, lahan
milik Darusalam ini menjadi bidang tanah paling
kecil yang terdampak pembangunan Jalan Tol Yogyakarta-Solo di
Desa Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Betapa tidak? Pekarangan milik pria berusia 62 tahun itu yang terdampak pembangunan jalan tol Yogya-Solo hanya selebar satu meter!
Baca Juga:
Viral Prank Bocah Tenggelam di Saluran Irigasi Jatibarang, Begini Faktanya
Tanah
yang terdampak itu merupakan halaman samping dari rumah Darusalam yang
beralamat di Dukuh Purwogondo, RT 001 RW 011,
Desa Sidoharjo.
Boleh jadi, karena hanya terdampak satu meter, Darusalam pun mengaku ikhlas dan mendukung pembangunan proyek tol
yang melintasi halaman samping rumahnya tersebut.
"Iya,
tanah saya kena seluas satu meter. Saya sudah diberitahu oleh pemerintah desa,
beberapa waktu lalu. Katanya, dari pantauan satelit, pekarangan rumah saya kena tol," ujarnya, saat ditemui wartawan di rumahnya, Rabu (25/11/2020).
Baca Juga:
Suara Anak Puan Maharani Ungguli Bambang Pacul, Pengamat Ungkap Faktor Penyebabnya
Ia
mengatakan, meski pekarangan rumahnya terkena pembangunan Proyek Strategis
Nasional (PSN) tersebut, ia memastikan akan tetap
tinggal di sana, kendati
nantinya akan berdampingan dengan Tol Yogyakarta-Solo.
"Itu
kan tanah saya, kena patok merah atau sayap jalan. Jadi, saya masih bisa tinggal. Meski nanti akan mendengar
mobil lalu-lalang setiap waktu," paparnya.
Pria
yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani ini menambahkan, uang ganti rugi
dari tanah miliknya yang terdampak tol Yogya-Solo selebar satu meter itu akan ia simpan untuk tabungan.
"Nanti, kalau sudah cair, uangnya mau disimpan dulu. Buat tabungan," imbuhnya.
100 Bidang Tanah
Sementara
itu, Kepala Desa
(Kades) Sidoharjo, Tri Manto, mengatakan, terdapat
sekitar 100 bidang tanah milik dari 84 warganya yang terdampak proyek tol
tersebut.
Bidang
tanah tersebut tersebar dalam berbagai aset di atasnya, mulai dari sawah hingga
rumah.
"Di
sini, awalnya ada 84 bidang tanah yang terdampak pembangunan tol. Tapi kemudian
ada penambahan sedikit-sedikit, hingga
totalnya menjadi 100 bidang," ujarnya, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya.
Ia
mengatakan, di Desa
Sidoharjo ini, mayoritas masyarakat yang tanahnya terdampak jalan
tol sepakat dengan penawaran ganti rugi yang telah disampaikan oleh panitia
pengadaan tanah proyek tersebut.
"Mayoritas
warga setuju.Insya Allahsetuju semua, karena itu kan program
pemerintah. Kalau nggak mau, ya dia
yang rugi," ucapnya.
Menurutnya,
harga tanah yang ditawarkan oleh panitia pengadaan tanah proyek jalan tol juga
sudah cukup tinggi jika dibandingkan harga tanah pasaran normal di desa
tersebut.
"Di sini,
biasanya, satu meter tanah itu dihargai sekitar Rp 400 ribu. Kalau untuk tol dihargai sekitar Rp 600. Ini kan
juga sudah bisa (dipakai) untuk
beli sawah lagi, malah untung juga. Jadi masyarakat mayoritas sepakat," akunya.
Lalu,
lanjut Tri Manto, untuk tanah yang aset di atasnya berupa bangunan dan berada
di dekat jalan kabupaten, tanahnya dihargai Rp 1 juta
per meter perseginya.
"Iya,
kalau tanah yang ada bangunannya beda lagi harganya. Kisarannya Rp 1 juta per meter,"
tandasnya. [yhr]