Dia berharap, dengan adanya pasar tradisional modern yang
dikelola profesional, dapat menampung para pedagang yang berjualan di trotoar
jalan. Sehingga tidak lagi mengganggu keberadaan para pedagang souvenir di
Tomok, karena tempat itu sudah menjadi
objek wisata unggulan dan tersohor keseluruh dunia dan sudah menjadi salah satu
Geosite Toba Caldera Unesco Global.
Baca Juga:
Pangdam Cenderawasih Tegaskan KKB Jangan Jadikan Warga sebagai Tameng!
Keberadaan pedagang di atas trotoar, disamping tidak elok
dilihat para wisatawan dan masyarakat, juga mengakibatkan kemacetan dan menciptakan sumber-sumber
sampah yang sangat mengganggu dan tidak layak untuk perkembangan pariwisata Danau
Toba sebagai super-super prioritas, berkelas Internasional Destinasi.
"Aparat terkait harus sigap menyikapi dan bertindak
cepat, tegasserta lugas untuk melakukan penertiban dari keadaan yang semberaut
ini. Pemerintah Kabupatenharus menetapkan solusi jitu melalui studi
kelayakan, membangun lokasi pasar tepat disekitaranya, dengan melibatkan Pemerintah
Desa, Tokoh masyarakat, Tokoh pemuda, Tokoh Wanita dan Perantau dari Desa Tomok,"
tambah Wilmar.
Baca Juga:
Polres Purwakarta Kerahkan 700 Personil untuk Amankan Perayaan Nataru
Tentu, jika hal itu terwujud, dalam mengisi aktivitas
dilokasi baru yang modern, harus memperioritaskan penduduk setempat yang punya
kemampuan dan talenta untuk berdagang.
Senada dengan hal itu, Harry Boos Sidabutar, juga turut
memberikan pandangannya berkaitan dengan alih fungsi trotoar jalan lintas Tomok,
menjadi tempat berjualan ketika hari onan (pasar) bertepatan hari Sabtu,
dimana waktu tersebut mejadi hari pilihan wisatawan masuk ke Samosir, khususnya
ke Desa Tomok.