WahanaNews.co | Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menjangkiti 1.247 sapi di empat kabupaten Jawa Timur (Jatim) membuat Australia waspada akan timbulnya kerugian bagi industri peternakan.
Dikutip dari Sydney Morning Herald, Sabtu (7/5), wabah yang terjadi di Jatim tersebut berpotensi menimbulkan kerugian miliaran dolar bagi industri peternakan Australia, yang telah berstatus bebas penyakit PMK sejak seabad yang lalu.
Baca Juga:
Penyalur Pengasuh Anak Aghnia Punjabi Ternyata Belum Berizin
Dewan Peternakan Australia menyebutkan bahwa penyakit tersebut paling dekat datang ke Australia. Industri peternakan di Australia dan juga pemerintah berusaha keras mengamankan rantai pasokannya serta membatasi risiko penyebaran.
Selain itu, dalam pernyataannya, Dewan peternakan mengatakan bahwa Indonesia sedang mempersiapkan deklarasi darurat dan juga menentukan jenis penyakit yang ada agar vaksin dapat segera disiapkan.
Departemen Pertanian Australia juga memperkirakan wabah tersebut dapat dikendalikan dalam waktu 3 bulan serta akan menelan biaya sekitar AUD 7 miliar atau sekitar Rp 71,4 triliun (kurs Rp 10.200 per dolar Australia) dan wabah 12 bulan akan menelan biaya sebesar AUD 16 miliar.
Baca Juga:
BPKN Segera Panggil Penyalur Babysitter Anak Selebgram Aghnia
Adapun wabah tersebut diklaim berdampak pada ekspor ternak menjadi terganggu dengan adanya pembatasan ekspor. Departemen Pertanian Australia juga mengatakan bahwa Indonesia adalah negara terdekatnya, sehingga memiliki implikasi besar bagi sistem biosekuriti dan status bebas penyakit di negaranya.
Menurut Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori adanya wabah PMK di Jatim dikhawatirkan ini dapat mengancam ekspor pertanian di Indonesia.
Dirinya menyebutkan bahwa jika status wabah ini semakin menyebar ke wilayah lain, salah satu dampak yang paling dikhawatirkan adalah kegiatan ekspor pada komoditas pertanian. Menurutnya, negara dengan status bebas PMK bisa berpikir ulang untuk menerima produk asal Indonesia.