WahanaNews.co | Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengungkapkan, optimasi lahan kering merupakan upaya memaksimalkan lahan pertanian agar dapat tumbuh subur dan berproduksi.
Tentu saja persoalan utama adalah ketersediaan air. Oleh karenanya, dalam upaya pengembangan tersebut, sumber air merupakan hal yang utama untuk dilakukan.
Baca Juga:
PLN Tanam Ribuan Mangrove, Rehabilitasi Pesisir Tanah Merah dan Menipo di NTT
"Air merupakan faktor pertama yang utama dalam kegiatan pertanian. Keberadaannya sungguh sangat vital agar budidaya bisa berkembang dengan baik, yang pada akhirnya akan memacu produktivitas pertanian," kata Mentan SYL.
Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri sudah merealisasikan program optimasi lahan kering di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ada 21 kelompok tani yang menerima manfaat atas program optimasi lahan kering seluas 600 hektare tersebut.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menerangkan, sejauh ini, banyak lahan kering yang dimanfaatkan oleh petani dan masih mengandalkan sistem tadah hujan sebagai sumber air utama.
Baca Juga:
Viral Caleg NasDem Dapil NTT II yang Kalahkan Viktor Laiskodat Disebut Mundur
"Oleh karenanya, ketika musim hujan selesai, maka lahan kering ini tak termanfaatkan dengan baik. Program optimasi lahan kering ini merupakan upaya agar lahan kering dapat terus berproduksi meski tak turun hujan," kata Ali.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperbaiki jaringan irigasi pertanian agar dapat memasok kebutuhan air saat kemarau tiba. Salah satu program yang direalisasikan di Manggarai Barat adalah Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) dan DAM Parit.
Dikatakan Ali, berdasarkan perhitungan spasial menggunakan peta tanah tinjau dan kriteria lahan kering, luas lahan kering di Indonesia mencapai 144,47 juta hektare.