WahanaNews.co | Gagal
mengendalikan demontran, akhirnya pasukan keamanan Myanmar menembakkan senapan
granat di sebuah kota dekat Yangon, pada Jumat lalu. Akibatnya, lebih dari 80
orang tewas, kata kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik
(AAPP).
Baca Juga:
Catatan Sejarah Rohingya, Kenapa Dibenci Myanmar?
Dilansir dari reuters Minggu (11/4/2021), portal berita AAPP
dan Myanmar Now mengatakan pada hari Sabtu ada 82 orang tewas selama protes
terhadap kudeta militer 1 Februari di negara itu. Penembakan dimulai sebelum
fajar pada hari Jumat dan berlanjut hingga sore hari, kata Myanmar Now.
"Ini seperti genosida," outlet berita mengutip
seorang penyelenggara protes bernama Ye Htut mengatakan. "Mereka menembaki
setiap bayangan."
Banyak penduduk kota telah melarikan diri, menurut akun di
media sosial. Seorang juru bicara junta militer Myanmar tidak dapat dihubungi
pada hari Sabtu.
Baca Juga:
Seorang WNI Asal Sumatera Berhasil Diselamatkan dari Wilayah Konflik di Myanmar
AAPP, yang mencatat jumlah harian pengunjuk rasa yang
terbunuh dan ditangkap oleh pasukan keamanan, sebelumnya mengatakan 618 orang
telah tewas sejak kudeta.
Angka itu kemudian dibantah oleh militer, yang mengatakan
melakukan kudeta karena pemilihan November yang dimenangkan oleh partai Aung
San Suu Kyi karena dicurangi. Komisi pemilihan telah menolak pernyataan
tersebut.
Juru bicara Junta Mayjen Zaw Min Tun mengatakan pada
konferensi pers pada hari Jumat di ibukota, Naypyitaw, bahwa militer telah
mencatat 248 kematian warga sipil dan 16 kematian polisi, serta tidak ada
senjata otomatis yang digunakan oleh pasukan keamanan.