WahanaNews.co | Junta militer Myanmar berniat
mempererat hubungan dengan Amerika Serikat (AS) setelah dijatuhi berbagai
sanksi dari pemerintahan Joe Biden.
Selain
itu mereka ingin menggandeng negara-negara Arab, terutama Arab Saudi dan Uni
Emirat Arab, terkait pengungsi muslim Rohingya.
Baca Juga:
Bertahan di Rakhine, Etnis Rohingya Seolah Hidup Tanpa Harapan
Berbeda
dengan pemerintahan sebelumnya, militer Myanmar ingin menjauhkan diri dari
China dan dekat ke Barat.
Seorang
pelobi Israel-Kanada yang kini dipekerjakan oleh junta militer Myanmar, Ari Ben
Menashe, mengatakan, para jenderal junta ingin mengambil pendekatan berbeda.
Sebelumnya,
pemimpin de facto Myanmar, Aung
San Suu Kyi, dinilai terlalu dekat dengan pemerintahan China.
Baca Juga:
Aung San Suu Kyi Divonis 6 Tahun Penjara
"Ada
dorongan kuat untuk lebih dekat ke Barat dan AS, sebagai sikap yang berlawanan
dari sebelumnya. Jenderal militer Myanmar tidak ingin jadi "boneka
China"," kata Ben Menashe, dikutip dari Reuters, Minggu (7/3/2021).
Pria
yang merupakan mantan pejabat intelijen militer Israel itu dikontrak oleh
jenderal Myanmar untuk membantu berkomunikasi dengan AS dan negara lain.
Militer
mengklaim negara luar keliru dalam menanggapi apa yang terjadi di Myanmar.