WahanaNews.co | Amerika Serikat (AS) minta Taliban membentuk "pemerintah inklusif" di Afghanistan yang bisa mewakili komunitas dan kepentingan yang berbeda.
Sedangkan kekuatan utama dunia, termasuk AS, China, Rusia dan Uni Eropa (UE), berpandangan tidak perlu terburu-buru secara resmi mengakui Taliban.
Baca Juga:
Asif Ali Zardari Terpilih Sebagai Presiden ke-14 Pakistan dalam Pemilu 2024
"Kepala Badan Intelijen Antar-Layanan Pakistan (ISI) Letnan Jenderal Faiz Hameed pada Sabtu (4/9) melakukan kunjungan perdananya ke Kabul setelah pengambilalihan ibu kota Afghanistan oleh Taliban pada 15 Agustus," papar laporan kantor berita lokal Khaama Press.
Gambar Hameed dan delegasi Pakistan berinteraksi dengan Duta Besar Pakistan untuk Afghanistan Mansour Ahmad Khan di Hotel Serena Kabul dibagikan oleh Linsey Hilsum, jurnalis Inggris dari Channel 4.
Hilsum mengutip Hameed yang mengatakan dia berada di Kabul "untuk bertemu" duta besar Pakistan karena dia menolak mengungkapkan apakah dia juga akan bertemu para pemimpin Taliban.
Baca Juga:
Pemilu Pakistan: Hasil Belum Diumumkan Setelah Tiga Hari Perhitungan
Kunjungan kepala ISI dilakukan saat terjadi diskusi di dalam Taliban mengenai pemerintahan baru Afghanistan.
Juru bicara Taliban Bilal Karimi seperti dikutip Radio Pakistan pada Sabtu menyatakan pemerintah baru akan segera diumumkan.
Namun, ada juga perbedaan yang dilaporkan antara salah satu pendiri Taliban Abdul Ghani Baradar dan Anas Haqqani mengenai beberapa penunjukan penting dalam pemerintahan baru.