WahanaNews.co | Beheshta Arghand (23) menorehkan sejarah sebagai jurnalis wanita pertama Afghanistan yang mewawancarai anggota kelompok Taliban dengan penuh percaya diri.
Tetapi, sepekan setelahnya, ia memutuskan untuk meninggalkan negaranya dan memulai kehidupan baru di Qatar.
Baca Juga:
Bio Farma Hibahkan 10 Juta Dosis Vaksin Polio untuk Afghanistan
Dua hari setelah Taliban mengambil alih kekuasaan Afghanistan, Arghand dikejutkan dengan kedatangan seorang pejabat Taliban di studionya dan meminta untuk diwawancara.
Kepada kantor berita Reuters, ia menceritakan pengalamannya - termasuk rasa khawatirnya soal pakaian yang ia gunakan di hari itu, apakah sudah cukup tertutup atau tidak.
"Beruntung saya selalu menggunakan baju panjang ketika berada di studio, karena kami terdiri dari orang-orang yang berbeda dengan pemikiran yang juga berbeda," ujar Arghand di Doha, Qatar.
Baca Juga:
Afghanistan Kembali Gempa Bumi Berkekuatan 6,3 Magnitudo
Seperti diketahui, pada masa pemerintahan Taliban yang lalu (1996-2001), mereka mengatur kehidupan perempuan dengan ketat.
Salah satunya adalah mewajibkan perempuan menggunakan burka - pakaian penutup kepala, wajah, dan seluruh tubuh - ketika beraktivitas di luar rumah.
"Wanita, Taliban tidak menerimanya. Ketika sekelompok orang tidak menerima Anda sebagai seorang manusia, mereka memiliki gambaran tersendiri soal Anda di kepala mereka, itu sangatlah sulit," ujar pembawa berita (news anchor) ini.