WahanaNews.co | Bagi
RamezAl-Masri, gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada Jumat (21/5) sudah
terlambat. Ayah dari enam enam anak itu sudah kehilangan tempat tinggalnya di
Gaza.
Baca Juga:
AS Gelontorkan Bantuan Militer Senilai Rp 421 Triliun ke Israel
Berjalan menyusuri jalan berpasir di Jalur Gaza utara, ia
menunjuk ke sebuah kawah besar tempat rumahnya dulu berada.
"Ketika saya pulang dan saya melihat lubang besar ini,
bukan bangunan kami, saya terkejut," kata pria Palestina berusia 39 tahun
itu seperti dikutip AFP. "Perang belum berakhir, masih ada di depanku dan
di dalam diriku."
Rumah itu, atau puing-puing reruntuhannya, berada di Beit
Hanun, desa yang paling dekat dengan Persimpangan Erez antara Gaza utara dan
Israel.
Baca Juga:
Presiden Abbas: Pertimbangkan Ulang Hubungan dengan AS Setelah Veto PBB
Minggu lalu, seorang perwira Israel meneleponnya larut malam
untuk menyuruhnya meninggalkan rumahnya bersama istri dan anak-anaknya. Mereka
punya cukup waktu untuk bergegas berlindung di klinik terdekat.
Beberapa menit kemudian, serangan udara Israel menghantam
rumah tiga lantai mereka, meledakkan kawah sedalam enam meter di tanah,
menghancurkan jaringan air dan limbah, serta meledakkan jendela di
gedung-gedung di dekatnya.