WahanaNews.co | Lysychansk sunyi laksana kota mati ketika penduduknya bersembunyi di tempat perlindungan dan ruang bawah tanah, usai kota tersebut dikuasai pasukan Rusia.
Kota di wilayah timur Ukraina yang pernah ditinggali 100.000 orang itu hancur. Banyak gedung hangus terbakar, kendaraan terbalik di jalanan dan puing-puing menjadi bukti sengitnya pertempuran di sana.
Baca Juga:
Aksi Teror Maut di Moskow Tewaskan 40 Orang
Tatiana Glushenko, penduduk Lysychansk berusia 45 tahun, mengatakan orang-orang masih bersembunyi di ruang bawah tanah dan tempat perlindungan bom.
Dia mengatakan bersama keluarganya dia memutuskan untuk tetap bertahan di Lysychansk karena khawatir dengan keselamatan mereka jika pindah ke daerah lain di Ukraina.
"Seluruh Ukraina sedang dihujani roket: Ukraina barat, Ukraina tengah, Dnipro, Kiev, di mana-mana. Jadi kami memutuskan untuk tidak membahayakan jiwa kami dan tetap di sini, setidaknya di rumah," kata dia.
Baca Juga:
Ada 10 WNI Jadi Tentara Bayaran di Ukraina, Ini Jawaban dari KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak
Namun, Glushenko berharap perdamaian akan kembali ke kotanya dan "akan ada ketertiban".
Sejak mengalihkan agresinya dari ibu kota Kiev di awal invasi, Rusia memfokuskan serangan ke Donbas, wilayah industri yang mencakup Luhansk dan Donetsk, di mana kelompok separatis pro-Moskow telah bertempur dengan tentara Ukraina sejak 2014.
Rusia mengatakan perebutan Lysychansk pada Minggu, sepekan setelah kota Sievierdonetsk jatuh, memberi mereka kekuasaan di Luhansk, salah satu tujuan utama perang mereka di Ukraina.