WahanaNews.co | Manuver
Partai Daftar Arab Bersatu yang dipimpin Mansour Abbas pada koalisi Israel saat
menggulingkan pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu tidak
mengejutkan.
Baca Juga:
Israel Nekat Serang Iran, Jalur Penerbangan Ditutup Sementara
Partainya muncul sebagai kingmaker kejutan setelah pemilihan
umum terbaru Israel. Abbas mencatat dalam wawancara dengan Anadolu Agency pada
Maret di rumahnya di desa Maghar bahwa Daftar Arab Bersatu terbuka untuk
negosiasi dengan semua pihak, baik sayap kanan atau sayap kiri, demi membentuk
pemerintahan baru Israel.
Kurang dari satu jam sebelum batas waktu tengah malam yang
diberikan kepada Yair Lapid, pendiri Partai Yesh Atid (Ada Masa Depan), untuk
mengamankan suara yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan baru, Lapid
mengumumkan bahwa kesepakatan telah dicapai dengan Abbas.
"Kami memutuskan menjadi (partai) terakhir yang
menandatangani (perjanjian koalisi). Ketika kami melihat ini terjadi, kami
menandatangani," ungkap Abbas.
Baca Juga:
Tragis! Usai Lolos dari Bom Israel, Bocah Palestina Tewas Tertimpa Bantuan Pangan
Pada Rabu malam, Partai Daftar Arab Bersatu mengumumkan
daftar 11 tuntutan dari warga Arab di Israel, yang merupakan 20% dari populasi
negara 9 juta populasi itu. Partai tersebut menggambarkan kesepakatan seperti
itu sebagai "bersejarah."
Abbas, 47, adalah seorang dokter gigi yang menjadi salah
satu pemimpin gerakan Islam di Israel, yang terpecah menjadi dua blok pada 1996
akibat keputusan almarhum pendiri dan pemimpinnya Sheikh Nimr Darwish untuk
berpartisipasi dalam pemilu Israel dan kemudian dikenal sebagai Gerakan Islam
di Israel selatan.
Cabang utara Gerakan Islam, yang dipimpin pemimpin terkemuka
Sheikh Raed Salah, menolak berpartisipasi dalam pemilu Israel dan dilarang
otoritas Israel pada 2015.