WahanaNews.co | Perseteruan
terbaru antara pejuang di Jalur Gaza dan Israel memicu ide pengerahan pasukan
penjaga perdamaian di wilayah konflik.
Baca Juga:
Indonesia Serukan Deeskalasi Konflik di Timur Tengah
Namun, pengamat politik asal Rusia Konstantin Truevtsev dari
Institute of Oriental Studies of the Russian Academy of Sciences menyatakan
Israel tak akan mengizinkan ada pasukan penjaga perdamaian di wilayah
pendudukannya.
Menurut dia, pengerahan misi penjaga perdamaian tidak akan
dapat membuka blokir situasi di sana, karena baik orang Israel maupun Palestina
berperilaku tidak terduga dan tidak ada pemahaman di mana harus menempatkan
misi tersebut.
"Jika mereka
mengepung Jalur Gaza, yang sudah dikepung tentara Israel, roket-roket tidak
akan berhenti terbang dari sana. Tujuan penjaga damai adalah memisahkan kedua
sisi. Dan di sini, di satu sisi, mereka sudah terpisah, dan di sisi lain, tidak
mungkin memisahkan kaum radikal dari orang-orang biasa di dalam Israel," papar
dia.
Baca Juga:
Kemarahan Rakyat Yordania: Rajanya Bela Israel dari Serangan Iran, tapi Abaikan Palestina
Dia menambahkan, "Dan Israel tidak akan pernah
mengizinkan penjaga perdamaian dimasukkan ke wilayahnya, karena Israel
menganggap dirinya sebagai negara yang mandiri, karena bagi Israel itu akan
menjadi penghinaan nasional."
Ketegangan meningkat di lingkungan Sheikh Jarrah di
Yerusalem Timur sejak awal Mei ketika pengadilan Israel memerintahkan
penggusuran beberapa keluarga Palestina. Keputusan itu kemudian ditunda karena
memicu reaksi keras hingga pecah pertempuran antara pejuang Gaza dan Israel.
Warga Palestina yang menunjukkan solidaritas dengan para
penduduk Sheikh Jarrah telah menjadi sasaran serangan pasukan Israel.