WahanaNews.co | Masyarakat
Swiss mendukung perjanjian perdagangan bebas yang ditandatangani bersama Indonesia.
Kesepakatan ini mempeluangi terbukanya pasar potensial yang luas antara kedua
negara.
Baca Juga:
Swiss Kembali Terapkan Siswa Menulis dengan Tangan dan Baca Buku Cetak
Dilansir AFP, Senin (8/3/2021) kontroversi seputar impor
minyak sawit Indonesia dan keberlanjutannya memicu kekhawatiran di Swiss.
Sehingga dilakukan pemungutan suara publik atau referendum atas perjanjian
tersebut.
Tapi kesepakatan itu lolos dari uji persetujuan publik
dengan 51,7 persen suara, dengan jumlah pemilih 51 persen. Dengan hasil
referendum ini artinya Swiss menyetujui perjanjian itu.
Para pendukung menyuarakan kelegaan pada hasil tersebut
tetapi mengatakan mereka harus lebih sensitif terhadap masalah lingkungan dalam
pemungutan suara di masa depan tentang perjanjian perdagangan.
Baca Juga:
Peneliti Bongkar 1.000 Kasus Pelecehan Seksual di Gereja Katolik Swiss
Berdasarkan kesepakatan tersebut, tarif akan dihapus secara
bertahap dari hampir semua ekspor terbesar Swiss ke Indonesia, sementara Swiss
akan menghapus bea atas produk industri Indonesia.
Siapa pun yang mengimpor minyak sawit Indonesia harus
membuktikan bahwa minyak tersebut memenuhi standar lingkungan dan sosial
tertentu.
Perjanjian tersebut ditandatangani pada tahun 2018 dan
disetujui oleh parlemen Swiss pada tahun 2019, tetapi para penentang sangat
mengkritik langkah Bern untuk mengurangi bea masuk minyak sawit dan mendapatkan
suara publik atas kesepakatan tersebut.