WahanaNews.co | Swiss
merupakan salah satu negara di Eropa yang terdampak parah selama gelombang
kedua pandemi. Soal itu, Menteri Kesehatan Swiss mengakui, ada kesalahan yang dilakukan
pemerintah dalam penanganan corona di awal pandemi.
Baca Juga:
PLN TJSL Fest 2021: dr Tirta Berikan Tips pada UMK agar Menang dari Pandemi
Menurut Menkes Swiss, Alain Berset, strategi pihaknya tidak
berhasil. Virus tidak akan hilang dalam waktu dekat meskipun vaksinasi telah
dilakukan.
"Ada beberapa [kesalahan]. Di musim panas, kami merasa
bahwa yang terburuk [dari pandemi ini] telah berakhir. Kami terlalu longgar.
Dan kemudian kami terlalu optimistis, ketika kami berpikir dapat membuka
kembali acara-acara besar di musim gugur, terutama pertandingan sepak bola dan
hoki," kata Berset dilansir AFP, Minggu (27/12).
Pada bulan Maret, saat gelombang pertama, angka kematian di
Swiss memang belum melonjak tajam seperti negara Eropa lainnya. Itu sebabnya,
Swiss tidak menerapkan lockdown seperti yang dilakukan negara-negara Eropa.
Baca Juga:
Bagi Anda yang Jarang Berolahraga, Berikut Tips Cara Memulainya
Dari tiga kasus baru yang tercatat pada 1 Juni, penularan
corona merangkak perlahan sebelum meroket pada Oktober. Kasus positif, angka
rawat inap, dan kematian terus melonjak dari minggu ke minggu.
Pada awal November, kota Jenewa memiliki tingkat penularan
terburuk di Eropa. Dengan populasi 8,6 juta penduduk, Swiss mencatat angka yang
sangat tinggi, yakni sekitar 5.000 kasus baru dan 100 kematian setiap hari.
"Langkah Swiss ini membutuhkan tanggung jawab pribadi,
alasan dan pandangan ke depan dari semua orang. Jika itu tidak berhasil, kami
harus memperketat langkah-langkahnya. Kami melakukan itu," kata Berset.