WahanaNews.co | Ayesha Khan duduk di atas selembar karpet coklat, bernyanyi diiringi suara harmonium.
Ia tiba-tiba menangis --dan tak ada yang bisa menemukan kata-kata untuk menghiburnya.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Sudah beberapa minggu Ayesha tinggal di sebuah apartemen satu kamar tidur di lokasi yang baru dan asing di luar Afghanistan.
Setelah Taliban merebut kekuasaan, ia terpaksa meninggalkan rumahnya di Kabul, keluar dari negara asalnya; tetapi di atas segalanya, ia meninggalkan cita-citanya.
"Saya tidak meninggalkan tanah air saya karena saya seorang gadis Muslim yang tidak mengenakan jilbab atau sepenuhnya menutupi tubuh," katanya kepada BBC.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
"Saya harus meninggalkan negara ini karena saya seorang perempuan dan seorang penyanyi," tandasnya.
Pemahaman Taliban yang ketat tentang Islam melarang musik dimainkan di atas panggung dan sebagian besar bentuk ekspresi artistik, kecuali yang bersifat religius.
Tetapi, dalam kasus Ayesha, ancaman itu diperparah oleh interpretasi Taliban yang jauh lebih ketat lagi tentang peran perempuan di masyarakat.