WahanaNews.co | Anggota
Taliban menyatroni sejumlah bank di Afghanistan. Di sana, mereka memaksa seluruh
karyawan wanita untuk berhenti bekerja.
Baca Juga:
Efni Efridah, Terdakwa Koropsi Pengadaan Buku di Tebingtinggi Merasa Dikambinghitamkan
Insiden ini merupakan tanda awal bahwa beberapa hak yang
dimenangkan oleh wanita Afghanistan 20 tahun lalu saat pemerintahan Taliban
runtuh, dapat hilang jika kelompok itu kembali berkuasa.
Di bawah interpretasi ketat kelompok hukum Islam, perempuan
tidak bisa bekerja, anak perempuan tidak diizinkan untuk bersekolah dan
perempuan harus menutupi wajah mereka dan ditemani oleh kerabat laki-laki jika
mereka ingin keluar dari rumah mereka.
Wanita yang melanggar aturan terkadang mengalami penghinaan
dan pemukulan di depan umum oleh polisi agama Taliban.
Baca Juga:
Perusahaan BUMN Indra Karya Buka Lowongan Untuk Ratusan Posisi
Pada awal Juli, ketika Taliban mulai merebut wilayah dari
pasukan pemerintah di Afghanistan, anggota dari kelompok itu masuk ke kantor
Azizi Bank di Kandahar dan memerintahkan sembilan wanita yang bekerja di sana
untuk pulang.
Orang-orang bersenjata itu mengawal para wanita itu ke rumah
mereka dan menyuruh mereka untuk tidak kembali bekerja. Sebaliknya, para
anggota Taliban menjelaskan bahwa kerabat laki-laki dapat menggantikan posisi
mereka.
"Sungguh aneh tidak diizinkan bekerja, tapi sekarang
begini," Noor Khatera, seorang wanita berusia 43 tahun, yang merupakan
salah satu wanita yang "dirumahkan" Taliban dari bank tersebut.