WahanaNews.co | Sebagian
besar bahasa asli (daerah) di Asia sekarang ini dalam kondisi rawan dan
terancam. Kurangnya pengakuan, dukungan, dan perhatian dari pemerintah, membuat
bahasa asli sulit berkembang dan bertahan.
Baca Juga:
4 Prestasi Besar Indonesia di UNESCO pada Tahun 2023
Demikian kesimpulan diskusi "Safeguarding and revitalizing
indigenous languages in Asia for sustainable development" yang gelar oleh
UNESCO, belum lama ini.
Diskusi tersebut merupakan konsultasi regional wilayah Asia
sebagai persiapan aksi global International Decade of Indigenous Languages
(IDIL) 2022 - 2032 yang dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hadir empat pembicara dari berbagai negara, yaitu Indu
Chaudhary dari Masyarakat Adat Nepal, Yudho Giri Sucahyo dari Pengelola Nama
Domain Internet Indonesia (PANDI), Suwilai Premsrirat dari Lembaga Penelitian
Bahasa dan Budaya Thailand, serta Masahiro Yamada dari Institut Nasional Bahasa
dan Linguistik Jepang. Diskusi yang berlangsung selama satu jam ini dipandu
oleh Beatrice Kaldun, Perwakilan UNESCO di Bangladesh.
Baca Juga:
10 Bahasa Resmi UNESCO: Pengakuan Dunia Terhadap Bahasa Indonesia yang Semakin Berkembang
Bukan Hanya Alat
Komunikasi
Pada awal diskusi, Beatrice menegaskan kembali bahwa bahasa
bukan hanya alat komunikasi dan pendidikan, tetapi juga penyimpanan identitas,
budaya, sejarah, tradisi, dan ingatan masyarakat.