WahanaNews.co | Di
tengah pandemi ini, virus corona varian Delta tengah jadi perhatian para ahli
kesehatana. Varian ini terdeteksi berdaya tular 2-3 kali lebih cepat ketimbang
varian corona SARS-CoV-2 awal yang muncul di Wuhan.
Baca Juga:
Dukung Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Indonesia Beri Hibah ke Laos Senilai Rp 6,5 Miliar
Dalam sebuah riset yang dipublikasi situs pra-publikasi
Virology, para peneliti China menemukan bahwa pasien COVID-19 yang terinfeksi
virus corona varian Delta memiliki jumlah partikel virus (viral load) yang
lebih banyak hingga 1.260 kali lipat ketimbang varian corona awal yang muncul
di Wuhan.
"Penyelidikan pada pengujian PCR berurutan harian dari
subjek yang dikarantina menunjukkan viral load dari tes positif pertama infeksi
Delta ~1000 kali lebih tinggi daripada infeksi strain 19A/19B pada gelombang
epidemi awal tahun 2020, menunjukkan potensi tingkat replikasi virus yang lebih
cepat dan lebih menular dari varian Delta pada tahap awal infeksi (pasien),"
kata para peneliti dalam laporan mereka.
Dalam risetnya, para peneliti menganalisis pasien COVID-19
yang terlibat dalam wabah pertama virus corona varian Delta di China, yang
terjadi antara 21 Mei dan 18 Juni di Guangzhou, ibu kota provinsi Guangdong.
Para peneliti kemudian mengukur viral load pada 62 pasien corona varian Delta
dan membandingkannya dengan 63 pasien yang terinfeksi virus corona varian awal
pada tahun 2020.
Baca Juga:
OJK Resmi Umumkan Restrukturisasi Kredit Perbankan Covid-19 Berakhir 31 Maret 2024
Setelah dianalisis, para peneliti menemukan bahwa orang yang
tertular varian Delta kemungkinan menyebarkan virus corona lebih awal ketimbang
pasien COVID-19 dari varian awal.
Mereka menemukan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan dari
seseorang yang terpapar virus hingga hasil tes positif pada tes PCR (atau
jumlah waktu yang dibutuhkan virus untuk bereplikasi hingga jumlahnya cukup
tinggi untuk dapat dideteksi) adalah 5,61 hari untuk virus corona asli. Sedangkan untuk pasien corona varian
Delta, waktu yang dibutuhkan hanya 3,71 hari.
Kombinasi dari viral load yang tinggi dan masa inkubasi yang
singkat merupakan penjelasan yang masuk akal mengapa virus corona varian Delta
lebih menular, kata ahli epidemiologi dari University of Hong Kong, Benjamin
Cowling, kepada Nature. Banyaknya virus di saluran pernapasan mengindikasikan
bahwa peristiwa super spreading cenderung menginfeksi lebih banyak orang, dan
orang mungkin mulai menyebarkan virus lebih awal setelah mereka terinfeksi.