WahanaNews.co | Sejumlah pihak
mempertanyakan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),
yang beberapa hari lalu meluluskan perusahaan asing asal Hungaria, Roatex Ltd
Zrt, pada penetapan hasil prakualifikasi Pelelangan Pengusahaan Sistem Transaksi
Tol Non-Tunai Nirsentuh Berbasis MLFF Nomor 11/PB.0301/MLFF/2020, atau lebih
dikenal dengan istilah ETC (Electronic
Toll Collection).
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Forum
Komunikasi Rakyat Indonesia (Forkorindo), Tohom, dalam keterangan tertulisnya,
Selasa (20/10/2020), mengatakan, seharusnya pemerintah mengutamakan perusahaan
dalam negeri untuk lulus dalam pelelangan tersebut.
Baca Juga:
Identifikasi 12 Korban Kecelakaan Km 58 Tol Japek Tuntas, Ini Daftar Namanya
"Banyak perusahaan dalam
negeri yang mumpuni. Kenapa harus ada perusahaan asing yang diluluskan?" katanya.
Menurut Tohom, Kementerian PUPR idealnya membuat kebijakan yang ekstra hati-hati, terutama yang berkaitan dengan perusahaan pelaksana
proyek tersebut. Pertimbangan kemanfaatan yang lebih luas dan signifikan harus
dijadikan pertimbangan yang paling utama, termasuk dalam hal ini tentang penyerapan tenaga
kerja dalam negeri.
"Jangan hanya karena pertimbangan penawaran terendah dari sebuah
perusahaan asing, pemerintah akhirnya mengabaikan aspek lainnya yang jauh lebih
penting. Apalagi, perusahaan asing tersebut belum teruji kemampuannya, alias belum tersertifikasi di negara mana pun," kata Tohom.
Baca Juga:
12 Kantong Jenazah Dibawa ke RSUD Buntut Kecelakaan Maut di Tol Cikampek Km 58
Pada pengumuman Penetapan Hasil Prakualifikasi Pelelangan
Pengusahaan Sistem Transaksi Tol Non-Tunai Nirsentuh Berbasis MLFF Nomor:
11/PB.0301/MLFF/2020,
sebuah perusahaan asal Hungaria, Roatex
Ltd Zrt, menjadi salah satu yang diluluskan.
"Pertanyaan yang muncul kemudian, mengapa Perusahaan ini diluluskan? Apakah hanya karena
alasan Hungaria sebagai pemrakarsa program ini? Sementara, menurut data yang didapatkan, Roatex Ltd Zrt belum teruji dan atau belum punya
karya nyata terkait pelaksanaan program ini. Sementara di sisi lain, perusahaan
dalam negeri nyata-nyata sudah terbukti dan sudah kita nikmati hasilnya selama
berpuluh-puluh tahun,
tepatnya sejak ada tol
di Indonesia,"
lanjut Tohom.
Diketahui, pada
31 Oktober 2019, Kementerian PUPR telah
menunjuk Roatex Ltd Zrt sebagai pemrakarsa Proyek ETC. Roatex menawarkan
teknologi Global
Navigation Satellite System atau GNSS. Teknologi ini membuat alat pembaca tidak
perlu ada di setiap tempat,
karena memakai satelit.
Ini berbeda dengan Radio Frequency Identification atau
RFID. GNSS memakai alat yang dipasang di dalam mobil. Ketika kendaraan berada
di Gardu Jalan Tol, alat itu akan terbaca melalui sistem di satelit. Penggunaan
teknologi seperti ini banyak diterapkan di negara Eropa Timur.