WahanaNews.co | Menteri
BUMN Erick Thohir menilai pembangunan industri mobil listrik dan baterai
listrik berpotensi mengganggu bisnis bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina
(Persero). Demikian pula dengan sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Baca Juga:
Kopling Mobil Selip? Simak, Ini 7 Penyebabnya
"EV battery akan berdampak dengan bisnis Pertamina,"
ucap Erick saat rapat bersama Komisi VI DPR di Gedung DPR/MPR, Rabu (20/1).
Namun, dampaknya tidak terasa dalam waktu singkat. Ia
mengestimasikan dampak pembangunan industri mobil dan baterai listrik mungkin
baru terasa sekitar 20 tahun lagi ketika penggunaannya sudah masif.
Sementara untuk jangka pendek, ia menilai Pertamina dan
jaringan SPBU-nya mungkin masih bisa memetik keuntungan. Asal, fungsi SPBU
dialihkan menjadi stasiun pengisian bahan bakar berbasis listrik, misalnya
untuk mengisi daya baterai listrik.
Baca Juga:
Gawat, Kendaraan 'Keyless' Diduga Rentan Dicuri
"20 tahun yang akan datang, ketika semua memakai mobil
listrik yang harganya lebih murah, itu tentu orang banyak charging di rumah,
tidak lagi di pom bensin. Nah, 80 persen itu akan melakukan itu, pom bensin mau
tidak mau akan terdampak," jelasnya.
Namun di sisi lain, menurutnya, hal ini memang mau tidak mau
harus dilakukan. Sebab, kehadiran mobil dan baterai listrik membuat Indonesia
akan maju secara teknologi dan tentunya ramah lingkungan karena lebih rendah
emisi.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menargetkan pemakaian
mobil listrik di dalam negeri mencapai 125 ribu unit pada 2021. Sementara
pengguna motor listrik ditargetkan 1,34 juta unit.