WahanaNews.co | Mantan
anggota jaringan terorisme Jamaah Islamiyah, Nasir Abas mengungkapkan pembenci pemerintah
lebih mudah direkrut jadi teroris. Partai Gerindra tidak setuju dengan pendapat
itu.
Baca Juga:
Diwarnai Aksi Potong Kuping, 3 Tersangka Teor di Moskow Mengaku Bersalah
"Ya itu debatable dan kasuistik, jangan
digeneralisir," kata Anggota Komisi III DPR RI fraksi Gerindra,
Habiburokhman kepada wartawan, Senin (5/4/2021).
Habiburokhkam mengatakan sejak zaman orde baru (orba) banyak
kelompok yang kritis dengan pemerintah. Namun mereka memilih jalan perjuangan
dengan cara yang legal.
"Sejak zaman orba, zaman reformasi hingga saat ini
banyak orang yang sangat kritis terhadap pemerintah tapi memilih jalan
perjuangan yang legal konstitusional," kata dia.
Baca Juga:
Konser Berdarah di Moskow, Pemerintah Rusia Kibarkan Bendera Setengah Tiang
"Selama ini ada demarkasi yang jelas antara aktivis pro
demokrasi yang kritis dengan mereka yang memilih melakukan teror. Para
pengkritik pemerintah biasanya mengklaim pencinta demokrasi, sementara
terorisme jauh dari nilai-nilai demokrasi, bahkan kerap mengorbankan orang
tidak berdosa," kata dia.
Guna mencegah aksi terorisme ini, Waketum Gerindra itu
mendorong agar pemerintah memaksimalkan program deradikalisasi. Dia juga
mendorong agar deteksi intelijen ditingkatkan.
"Ya kita maksimalkan deradikalisasi dan program-program
edukasi kita, begitu juga deteksi intelijen," kata dia.