WahanaNews.co | Serangan
Zakiah Aini terhadap Mabes Polri terbilang nekat. Apalagi, serangan ini
dilakukan seorang diri. Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel
meyakini Zakiah Aini sudah merencanakan serangan tersebut.
"Kata 'nekat' mengesankan pelaku tidak pakai kalkulasi.
Saya justru membayangkan ini bukan hanya serangan terencana terhadap
polisi," ujar Reza dalam keterangannya, Kamis (1/4/2021).
Baca Juga:
Intel Rusia Tuding 3 Negara di Balik Aksi Teror Moskow
Menurut Reza, pelaku pasti sudah menimbang risiko yang
dialaminya jika seorang diri menyerang markas besar polisi yang tentu berisi
banyak personel.
"Pelaku pasti bisa membayangkan risiko yang akan dia
hadapi saat menyerang di pusat jantung lembaga kepolisian. Jadi, serangan
tersebut sekaligus merupakan aksi terencana untuk bunuh diri," kata Reza.
Selain itu, Reza berkomentar mengenai kategori penyerangan
terhadap polisi. Jika mengacu kepada The Serve and Protection Act, serangan terhadap
aparat, kata Reza, termasuk ke dalam hate crime.
Baca Juga:
Diwarnai Aksi Potong Kuping, 3 Tersangka Teor di Moskow Mengaku Bersalah
"Bukan terrorism. Di Indonesia boleh beda, tentunya.
Penyebutan hate crime menunjukkan bahwa pelaku penembakan yang menyasar polisi
tidak serta-merta disikapi sebagai (terduga) teroris. Butuh cermatan spesifik
kejadian per kejadian, untuk memprosesnya secara hukum dengan pasal yang tepat
sekaligus menangkal kejadian berikutnya secara tepat sasaran," lanjut
Reza.
Penyerangan itu terjadi pada Rabu (2/4) sore. Awalnya,
Zakiah Aini masuk dari pintu belakang Mabes Polri dan sempat berbincang-bincang
terlebih dahulu dengan petugas serta menanyakan lokasi kantor pos.
Setelah itu, Zakiah Aini meninggalkan pos penjaga dan pergi
ke arah pos siaga di dekat gerbang utama. Di sanalah terjadi baku tembak antara
Zakiah Aini dan petugas hingga akhirnya dirinya tewas. Zakiah Aini dipastikan
beraksi seorang diri.