WahanaNews.co | Pemerintah
meningkatkan porsi energi terbarukan jadi 48 persen dalam draf Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Kapasitas listrik yang bisa
dihasilkan mencapai 19.899 megawatt (MW).
Baca Juga:
PLN dan Kementerian ESDM Cek Kesiapan SPKLU di Banten untuk Kelancaran Layanan Arus Mudik
Dengan bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) 48 persen
dalam 10 tahun ke depan, porsi energi fosilnya berkurang menjadi 52 persen atau
21.069 MW. Sebelumnya pada RUPTL 2019-2028, porsi EBT hanya 30 persen atau
16.762 MW dan porsi energi fosil 70 persen atau 39.633 MW.
"Kami ingin RUPTL ini lebih hijau. Memang porsi EBT
belum mendominasi, tapi paling tidak lebih baik dari RUPTL sebelumnya hanya 30
persen," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida
Mulyana dalam konferensi pers daring sektor kelistrikan, Jumat (4/6).
Menurut dia, dinaikkannya porsi EBT menjadi 48 persen ini
bukan berarti negara memusuhi batu bara sebagai penghasil energi paling banyak
di dalam negeri. Namun, pemerintah ingin yang terbaik untuk Indonesia terutama
dalam penyediaan energi yang bersih dan ramah lingkungan.
Baca Juga:
Kementan Gencarkan Listrik Masuk Sawah Dukung Program Pompanisasi
Hingga April 2021, Rida menyebut 63,52 persen listrik yang
dihasilkan memang berasal dari batu bara, dari gas 18,70 persen, dari BBM plus
BBN 4,32 persen.
Sementara porsi listrik dari EBT seperti panas bumi 5,63
persen, dari air 7,59 persen dan EBT jenis lainnya 0,3 persen. Jadi, energi
fosil masih mendominasi. Sementara Indonesia memiliki target bauran EBT 23
persen pada 2025.
Menurut Rida, porsi pembangkit fosil 52 persen dari draf RUPTL
2021-2030 ini bukan pembangkit baru. Namun, dari proyek sebelumnya yang sudah
berkontrak dan konstruksi.