WahanaNews.co | Wakil Ketua Umum Partai Gerindra
Habiburokhman mengatakan, partainya belum memperhitungkan peluang Menteri
Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto untuk maju pada kontestasi Pilpres 2024.
Pernyataan
itu disampaikan Habiburokhman menyusul hasil survei yang dirilis Lembaga Survei
Indonesia (LSI).
Baca Juga:
Respons Putusan MK, Istana: Tuduhan pada Pemerintah Tak Terbukti
Dalam
survei itu, Prabowo Subianto memiliki elektabilitas tertinggi jika Pilpres
diadakan saat ini.
Survei
tersebut merilis elektabilitas Prabowo sebesar 22,5 persen.
Ketua
Umum Partai Gerindra itu memiliki tingkat elektabilitas tertinggi disusul
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan tingkat elektabilitas 10,6 persen,
dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (10,2 persen).
Baca Juga:
PLN UID Jakarta Raya Pastikan Keamanan Listrik Selama Sidang Sengketa Pilpres 2024 di MK
Menurut
Habiburokhman Partai Gerindra masih ingin memfokuskan diri untuk membantu
kinerja Prabowo sebagai Menhan dan para kader di DPR.
"Pemilu
2024 masih lama kami belum menghitung-hitung peluang Pak Prabowo maju sebagai
capres, kami lebih memilih berkonsentrasi menyukseskan Pak Prabowo di
kementerian dan para anggota dewan di Parlemen," ujar Habiburokhman, saat dihubungi
wartawan, Senin (22/2/2021).
Ia
melanjutkan, hasil survei yang dilakukan LSI sebagai apresiasi masyarakat pada
sosok Prabowo.
Meski
tidak banyak muncul di media massa, Habiburonkhman menilai, tingkat
elektabilitas Prabowo tinggi karena kerja kerasnya sebagai Menteri Pertahanan.
"Meskipun
Pak Prabowo tidak banyak berpolemik di media, tapi rakyat tahu bahwa beliau
kerja keras melakukan yang terbaik untuk bangsa dan negara di posisi Menhan,"
pungkasnya.
Adapun
dalam survei LSI tersebut Ganjar Pranowo menempati urutan kedua tertinggi
setelah Prabowo.
Menanggapi
hal tersebut Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Djarot
Saiful Hidayat mengatakan pilihan terbuka untuk semua kader PDIP untuk menjadi
Capres di Pemilu 2024 nanti.
Djarot
menyebut penentuan calon presiden dari PDI-P tidak bisa dilakukan jauh-jauh
hari sebelum pemilu dimulai, karena memerlukan waktu dan posisi yang tepat.
"Kita
akan tunggu bagaimana ini, tergantung dari Pak Ganjar juga, bagaimana dia bisa
meningkatkan elektabiltasnya dan teman-teman di PDI Perjuangan maupun dari luar
juga bisa," sebut Djarot. [dhn]