WahanaNews.co | Para
peneliti di Swedia memaparkan kondisi penyusutan puncak Gunung Kebnekaise yang berselimut
gletser. Gunung ini semakin pendek akibat pemanasan global.
Baca Juga:
Gunung Marapi Erupsi Dua Kali Sehari, Letusan Malam Lebih Dahsyat
Berdasarkan pengukuran terbaru yang dilakukan oleh para
peneliti di Universitas Stockholm, puncak Gunung Kebnekaise sekarang berada di
ketinggian 2.094,6 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pada 1968 gunung itu
tercatat memiliki ketinggian 2.120 mdpl.
Menurut para peneliti, meningkatnya tekanan udara akibat
perubahan iklim menyebabkan melelehnya lapisan es di puncak gunung tersebut
selama beberapa dasawarsa terakhir.
"Variasi ketinggian adalah simbol yang baik dari
respons gletser terhadap iklim yang memanas di Swedia," kata ahli
glasiologi, di Stasiun Penelitian Tarfala Universitas Stockholm, Per Holmlund,
seperti dikutip dari ScienceAlert, Senin (23/8).
Baca Juga:
Gunung Semeru Meletus 3 Kali Pagi Ini, Abu Vulkanik Capai 1 Kilometer
Sejak akhir 1990-an, data terkait tingkat penyusutan Gunung
Kebnekaise mulai nampak. Pada 1996, puncak selatan gunung itu yang awalnya
memiliki ketinggian mencapai 2.118 mdpl kemudian menurun menjadi 2.110 mdpl
pada 1998.
Kemudian pada 2011, puncak Gunung Kebnekaise kembali
mengalami penurunan hingga di bawah 2.100 mdpl. Sejak itu penurunannya terus
berlanjut.
Dengan melelehnya lapisan gletser di puncak gunung itu,
sejak 2018 puncak selatan Kebnekaise turun peringkat dari yang awalnya sebagai
gunung tertinggi di Swedia kini digantikan oleh puncak utara Kebnekaise.
Dilansir dari Space, hasil pengamatan juga menunjukkan
ketinggian puncak selatan gunung bervariasi sepanjang tahun karena pergeseran
salju dan resesi es di musim panas. Biasanya tertinggi pada bulan Mei dan
terendah pada pertengahan September.
Perbedaan ketinggian saat musim dingin dan musim panas bisa
mencapai dua atau tiga meter.
Menurut para ilmuwan, suhu udara rata-rata di wilayah
tersebut telah mengalami peningkatan, menyebabkan es mencair pada tingkat yang
lebih tinggi. Mencairnya gletser juga disebutkan dalam laporan yang dirilis
oleh the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) awal bulan ini,
sebagai salah satu tanda memburuknya perubahan iklim.
Laporan tersebut menggambarkan tingkat pencairan gletser
belakangan ini sebagai yang terparah dalam 2.000 tahun terakhir. Laporan juga
memprediksi tren semacam ini akan terus berlanjut selama berabad-abad ke depan.
[rin]