WahanaNews.co | Jika melihat kebesarannya, baik dari sisi keabadian cerita maupun ukuran fisiknya, nyaris sulit dipercaya bahwa Candi Borobudur ternyata pernah lenyap.
Keindahan dan kemegahan Candi Borobudur, yang membuatnya menjadi salah satu ikon Indonesia di peta wisata global, ternyata sempat nyaris “rebah” dalam waktu yang sangat panjang.
Baca Juga:
43 Bhikkhu Thudong dari Thailand, Malaysia, Singapore Tiba di Candi Borobudur untuk Rayakan Tri Suci Waisak
Diduga, bangunan super akbar yang mulai berdiri pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu nyaris hilang gegara sejumlah bencana, mulai dari gempa bumi, erupsi Gunung Merapi, hingga tanah longsor.
Ujung-ujungnya, dalam manuskrip Abad XVIII, Candi Borobudur pun sempat lenyap dari catatan sejarah.
Syukurlah, jelang tahun 1814, tatkala Kerajaan Inggris mengambil-alih sejumlah wilayah pendudukan Belanda, sosok Candi Borobudur pun ditemukan lagi.
Baca Juga:
Suku Mulu Wolomeze Wakili Pemkab Ngada Hadir di Acara Ruwatan Bumi
Soekmono, ahli purbakala Universitas Indonesia (UI), yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Proyek Pelita Pemugaran Candi Borobudur, menuliskan kisah penemuan kembali situs itu lewat bukunya yang berjudul Candi Borobudur (1976).
Dalam buku yang diterbitkan UNESCO tersebut, Soekmono menjelaskan awal mula penemuan kembali Borobudur itu, yang dilakukan oleh Letnan Jenderal Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles.
Kabar keberadaan candi bernama Borobudur itu didengar Raffles saat melintas dalam perjalanan menuju Semarang.
Tak butuh waktu lama, dirinya langsung mengutus Hermanus Christiaan Cornelius untuk menyelidiki candi tersembunyi itu.
Setibanya di lokasi yang dicari, Cornelius mendapati sebuah bangunan besar yang tersembunyi di suatu tempat, tak jauh dari pertemuan Sungai Elo dan Sungai Progo.
Dengan mengerahkan 200 penduduk, dirinya segera membersihkan semak belukar dan batu-batu liar di sekitar lokasi.
Secara perlahan, wujud Candi Borobudur, yang semula hanya tampak seperti onggokan bangunan besar itu pun, mulai terlihat jelas.
Dari situlah Candi Borobudur berhasil ditemukan kembali, setelah sekian lama terkubur.
Lalu, di awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dilakukan pemugaran secara berencana atas Candi Borobudur.
Di bawah pengarahan insinyur Belanda, Theodoor van Erp, stupa-stupa yang masih berserakan pun disusun kembali.
Jalur jalannya juga ditata ulang di atas teras-teras, serta berbagai relief ukiran dikembalikan pada kedudukan aslinya.
Dirinya berhasil mengembalikan sebagian besar kejayaan Borobudur pada waktu silam.
Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1955, pemerintah meminta bantuan kepada UNESCO untuk menangani masalah Candi Borobudur.
Selanjutnya, pada tahun 1960, Borobudur dinyatakan dalam keadaan darurat, dan UNESCO dilibatkan lebih aktif dalam upaya pelestarian ini.
Upaya penyelamatan Candi Borobudur kemudian dilakukan secara besar-besaran sejak tahun 1971.
Hingga, akhirnya, UNESCO memasukkan Candi Borobudur sebagai salah satu Situs Warisan Dunia pada tahun 1991.
Nama Candi Borobudur kini kembali menguat di telinga warga dunia, bersamaan dengan munculnya wacana untuk menaikkan tarif tiket wisata di sana menjadi Rp 750 ribu per orang. [gun]