WahanaNews.co | Seorang dosen dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membagikan tips sebelum membeli mobil listrik yang akhir-akhir ini banyak menarik perhatian masyarakat.
Selain desainnya yang futurustik dan ramah lingkungan, mobil listrik juga diklaim lebih hemat.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai juga terus mendorong konversi kendaraan berbasis minyak ke kendaraan listrik.
Meski sangat menggiurkan, ada beberapa hal yang perlu diketahui calon pembeli sebelum memutuskan membeli kendaraan listrik.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Novendra Setyawan, dosen Teknik Elektro UMM memberikan beberapa penjelasan.
Dia menjelaskan kendaraan listrik digerakkan oleh baterai yang menghasilkan energi listrik. Energi tersebut tentu didapat dari pengecasan daya di rumah maupun melalui station yang disediakan pemerintah.
Awalnya, kendaraan listrik masih belum dilirik oleh masyarakat akibat penyimpanan baterai yang dinilai tidak tahan lama. Masyarakat masih harus terus menerus mengganti baterai dan bisa memakan biaya yang hampir setara dengan harga kendaraan tersebut.
“Jika ingin membeli mobil listrik, sebaiknya masyarakat perlu menyiapkan rumah pengisian sendiri dengan satu daya minimal 2.200 watt. Dengan begitu, mobil bisa diisi daya kurang lebih 2-3 jam. Selain itu, masyarakat juga perlu menyiapkan adaptor yang sesuai karena masih belum ada standar adaptor yang diberlakukan di Indonesia hingga saat ini,” ungkap Novendra, Selasa (06/06/2023).
Dia juga mengingatkan perlunya masyarakat menggunakan pengaman tambahan atau Miniature Circuit Breaker (MCB) agar tidak terjadi konsleting saat pengisian catu daya. Kondisi baterai juga perlu dicek serta diperhatikan agar bisa lebih awet.
Novendra mengatakan meski memiliki banyak kelebihan, kendaraan listrik juga ada kekurangannya. Contohnya, kendaraan listrik akan sangat bergantung pada penyimpanan energi dari baterai.
Pengisian daya membutuhkan waktu 2-3 jam untuk pengisian fast charging. Berbeda dengan kendaraan konvensional yang hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk mengisi bensin lalu dapat melanjutkan perjalanan kembali.
“Memang, salah satu kendala kendaraan listrik adalah penyimpanannya yang masih lemah dan tidak awet. Sehingga, perlu adanya maintenance atau penggantian baterai dengan biaya yang hampir 50 persen,” ungkap dia.
Novendra berharap Indonesia memiliki standarisasi metode pengisian maupun maintenance dari kendaraan listrik di kemudian hari. Sehingga, mobil listrik bisa lebih bertahan lama dan diminati masyarakat.
“Menurut saya, selain mendorong penggunaan mobil listrik, perlu juga ada pengembangan energi baru terbarukan. Kalau di UMM, kami memiliki pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTMH). Saya rasa, keduanya mampu membantu pasokan listrik untuk kendaraan listrik karena dapat diperbarui secara terus menerus,” tutup dia.
[Redaktur: Zahara Sitio]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.