WahanaNews.co, Jakarta - PT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini tengah menggenjot progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga terbarunya yang dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, jika smelter itu sudah bisa beroperasi penuh, maka Indonesia akan 'kebanjiran' katoda tembaga.
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi, PLN Siapkan Listrik Andal Untuk Smelter Freeport yang Baru Diresmikan Presiden Jokowi
Oleh karena itu, dia menyarankan agar industri hilir penyerap katoda tembaga di dalam negeri bisa dibangun dan dikembangkan. Dengan demikian, produk katoda tembaga yang dihasilkan dari smelter di domestik tidak perlu diekspor.
"Agar katoda tembaga nanti bisa digunakan untuk konsumen dalam negeri, industri yang lebih hilir, emas batang, perak batang bisa tumbuh di Indonesia," ungkap Tony kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Outlook 2024, dikutip Senin (5/2/2024).
"Karena sayang kalau hilirisasi Indonesia tidak ada, maka kita ekspor lagi. Kan produksi metal katoda (kemurniannya) 99,9%," imbuhnya.
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi, PLN Siapkan Listrik Andal Untuk Smelter Freeport yang Baru Diresmikan Presiden Jokowi
Namun demikian, untuk membangun industri hilir di Tanah Air, dia menilai investor membutuhkan guyuran insentif dari pemerintah, baik fiskal maupun non fiskal.
"Sehingga harapannya diberikan insentif fiskal dan non fiskal agar industri hilir kabel dan EV bisa terbangun, dan perak dan emas juga," tandasnya.
Seperti diketahui, smelter yang disebut sebagai smelter tembaga single line atau satu jalur terbesar di dunia ini mampu mengolah konsentrat tembaga sebanyak 1,7 juta ton per tahun untuk menghasilkan 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.