WahanaNews.co, Bandung - Produk halal, produk ramah lingkungan, dan produk berkelanjutan mulai diminati dan menjadi primadona masyarakat global.
Hal tersebut menjadi tantangan
sekaligus peluang bagi pelaku usaha Indonesia pada 2024. Perubahan peta rantai pasok global serta berbagai konflik yang terjadi saat ini juga turut mempengaruhi perdagangan Indonesia di pasar nasional dan global.
Baca Juga:
ITPC Chicago Imbau Eksportir Perhatikan Rencana Aturan Baru AS Terkait Pewarna Sintetis
Hal ini diterangkan Plh. Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Didi Sumedi saat membuka Gambir Trade Talk (GTT) #12 yang digelar secara hibrida di Hotel Aryaduta, Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/11). GTT #12 mengangkat tema “Outlook Perdagangan Luar Negeri Indonesia Tahun 2024“.
“Produk halal, produk ramah lingkungan, dan produk berkelanjutan mulai diminati masyarakat global. Perdagangan global pun telah mengalami transformasi yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir. Pergeseran peran negara-negara maju dan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang juga telah membuka peluang perdagangan yang lebih besar,“ terang Didi.
Didi melanjutkan, Kementerian Perdagangan fokus pada ekspor barang dan jasa bernilai tambah
tinggi untuk meningkatkan produktivitas perekonomian dan mendukung peningkatan kinerja
ekspor di tahun 2024. Salah satunya melalui kebijakan penguatan daya saing ekspor dalam mendukung ekonomi berkelanjutan.
Baca Juga:
Produk Makanan Sehat dan Organik Indonesia Unjuk Gigi di CHFA NOW 2025
“Kementerian Perdagangan akan meningkatkan ekspor produk bernilai tambah dan berkelanjutan melalui promosi perdagangan, penguatan informasi ekspor, mendorong kebijakan hirilisasi ekspor, kebijakan perdagangan hijau, serta kebijakan pemberian fasilitas ekspor. Dalam menangkap peluang dan menghadapi tantangan ke depan, tentu memerlukan kerja sama dan kolaborasi seluruh pihak, termasuk peran dari para akademisi dan pelaku usaha,“ ujar Didi.
Mengacu pada hasil Rapat Kerja Kementerian Perdagangan Tahun 2023, ekspor nonmigas pada 2024 ditargetkan naik 3,3-4,5 persen YoY dan neraca perdagangan surplus USD 22,5 miliar.
Namun demikian, dengan memperhatikan tantangan perekonomian global saat ini dan perkiraan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan 2024, pertumbuhan ekspor dan surplus neraca perdagangan Indonesia di tahun tersebut diperkirakan dapat tumbuh lebih rendah dibandingkan
target yang telah ditetapkan.