WahanaNews.co | Secara resmi ekspor bijih Bauksit dilarang terhitung mulai Juni 2023. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memproyeksikan, bijih bauksit bakal berkontribusi terhadap pendapatan negara sekitar Rp 60-70 triliun dalam satu tahun.
Sementara jika menjualnya secara mentah, negara hanya meraih keuntungan sekitar Rp 20 triliun.
Baca Juga:
Imbas Hilirisasi, Bahlil Sebut 54 Persen Warga Morowali Kena Asma
"Bauksit kita umumkan Desember stop juga mulai Juni 2023 dan akan kita hilirisasi di dalam negeri. Tidak tahu lompatannya, tapi kurang lebih dari Rp 20 triliun menjadi Rp 60 - 70 triliun," ujar Jokowi dalam Peringatan HUT PDIP ke-50 yang disiarkan virtual, Selasa (10/1/2023).
Presiden menekankan bahwa salah satu kunci penting Indonesia menjadi negara maju adalah melakukan hilirisasi industri. Seperti yang sudah dilakukan sebelumnya ketika Pemerintah melakukan pelarangan ekspor terhadap bijih nikel mentah.
Terbaru bauksit juga dilarang pemerintah untuk dijual secara mentah. Presiden Jokowi melihat ada potensi pendapatan negara yang lebih besar jika menjual barang jadi atau setengah jadi, ketimbang barang mentah.
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi, PLN Siapkan Listrik Andal Untuk Smelter Freeport yang Baru Diresmikan Presiden Jokowi
Lebih lanjut Presiden Jokowi mencontohkan dari hilirisasi yang sudah dilakukan pada bijih nikel. Bahkan sejak disetop 3 tahun yang lalu, ekspor barang setengah jadi dan jadi dari bijih nikel tembus Rp 360 triliun. Padahal sebelum dilakukan hilirisasi negara hanya mendapatkan Rp 17 triliun setahunnya dari ekspor barang mentah.
"Ini memang pekerjaan yang tidak mudah, nikel di Sulawesi, Maluku, timah di Belitung, Bauksit di Kalimantan Barat, Bintan, semua harus terintegrasi, kita harap nantinya jadi ekosistem bagi kendaraan listrik," sambung Jokowi.
Menurutnya apabila pembangunan pabrik dari ekosistem kendaraan listrik telah terbentuk, maka akan menghasilkan nilai tambah yang jauh lebih besar. Dikatakan Jokowi nilainya bisa lebih besar ratusan kali lipat.
"Hilirisasi penting, jangan sampai kita sudah lebih dari 400 tahun sejak kompeni, VOC, kita masih mengirim bahan-bahan mentah kita keluar, sehingga kita tidak mendapat nilai tambah apa-apa," pungkasnya. [rna]