WahanaNews.co | Sebuah bendungan yang berlokasi di India dikuras habis hanya untuk mendapatkan kembali ponsel pejabat pemerintahan yang tidak sengaja terjatuh ke dalamnya.
Dilaporkan, ponsel tersebut terjatuh ketika sang pejabat sedang asyik selfie di bendungan.
Baca Juga:
Tingkatkan Tampungan Air di NTT, Kementerian PUPR Selesaikan Pembangunan Bendungan Temef
Butuh waktu tiga hari untuk menguras bendungan. Hasilnya, ponsel pintar tersebut ditemukan dalam kondisi rusak dan mati.
Akibat kejadian ini, pejabat tersebut diskors dari posisinya.
Baca Juga:
Kebanggaan Terbaru Era Jokowi: Bendungan Leuwikeris Senilai Rp 3,5 T Siap Beroperasi
Kronologi kejadian
Dilansir dari BBC, seorang pejabat pemerintahan India, Rajesh Vishwas (32) sedang berpiknik dengan teman-temannya di India pada Minggu (21/5/2023).
Nahas saat mengambil foto selfie, dia tak sengaja menjatuhkan HP Samsung Galaxy S23 Ultra miliknya ke Bendungan Kherkatta atau Paralkot di Negara Bagian Chhattisgarh, India tengah.
Daerah ini merupakan tempat dia tinggal.
Vishwas yang bekerja sebagai pengawas makanan mengeklaim ponsel model terbaru dengan harga bisa mencapai lebih dari Rp 20 juta itu berisi data pemerintah yang sensitif sehingga perlu diambil.
The New York Times memberitakan, Vishwas lalu memerintahkan penduduk desa menghabiskan dua hari untuk menyelam di bendungan demi mengambil ponsel itu.
Sayangnya, usaha ini gagal. Vishwas kemudian menyewa pompa diesel untuk menguras air bendungan selama dua hari berikutnya.
Diperkirakan, ia menguras sekitar dua juta liter air yang seharusnya cukup untuk mengairi 1.500 hektar lahan pertanian.
Pria itu akhirnya berhasil mendapatkan kembali ponselnya. Namun, ponsel terlalu basah dan tidak dapat digunakan lagi.
Merugikan Petani
Tindakan Vishwas menguras bendungan dihentikan seorang pejabat lain dari Departemen Sumber Daya Air yang datang setelah ada keluhan.
Priyanka Shukla, seorang pejabat tinggi setempat, mengatakan bahwa Vishwas tidak memiliki wewenang untuk mengalirkan air.
Ia diminta menjelaskan posisinya dalam kejadian ini secara tertulis kepada pemerintah. Setelah itu, ia akan menjalani tindakan disipliner.
"Dia telah ditangguhkan sampai penyelidikan. Air adalah sumber daya yang penting dan tidak dapat disia-siakan seperti ini," ujar Shukla.
Namun, Vishwas berdalih telah mendapatkan izin lisan dari Ram Lal Dhivar, seorang pejabat dari Departemen Sumber Daya Air untuk menguras air bendungan terdekat.
“Dia (Dhivar) mengatakan itu bukan masalah jika air sedalam tiga (hingga) empat kaki dikeringkan, dan sebenarnya akan menguntungkan petani yang akan memiliki lebih banyak air,” katanya kepada The Guardian.
Selain itu, menurutnya, air yang dikuras berasal dari bagian bendungan yang meluap dan tidak dalam kondisi yang dapat digunakan.
Melansir Kompas.com, air dari bendungan itu masih diandalkan untuk mengairi ladang masyarakat.
Pemerintah akhirnya menskors Vishwas sambil penyelidikan terus berlangsung. Ia disebut menyalahgunakan posisinya.
Sementara DC Dhivar harus membayar biaya pemborosan air di musim panas dan akan mendapatkan tindakan disipliner dari departemennya.
India memang dikenal sebagai salah satu negara yang paling kekurangan air di dunia. Dihuni oleh 18 persen penduduk dunia, hanya 4 persen yang mendapatkan sumber daya air bersih.
Terlebih lagi, negara ini kerap mengalami gelombang panas dan kekeringan besar. Bulan Maret kemarin, India memiliki suhu terpanas sejak 122 tahun terakhir.
Ini membuat bendungan menjadi sumber air yang sangat penting, terutama bagi ladang milik masyarakat. [eta]