WahanaNews.co | Rusia akan menghentikan sementara aksi jual aset oleh investor asing di Rusia.
Seperti dilaporkan Reuters, Rabu (2/3/2022), Perdana Menteri Mikhail Mishustin mengatakan pelarangan untuk memastikan para investor mengambil keputusan yang dipertimbangkan, bukan karena tekanan politik.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
"Dalam situasi sanksi saat ini, pengusaha asing dipaksa untuk dibimbing, bukan oleh faktor ekonomi, tetapi untuk membuat keputusan di bawah tekanan politik," kata Perdana Menteri Mikhail Mishustin dalam pertemuan pemerintah.
Pihak berwenang Rusia bergegas untuk menanggapi peningkatan sanksi keras yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat sejak Moskwa menginvasi Ukraina Kamis lalu.
"Untuk memberikan kesempatan bisnis untuk membuat keputusan yang dipertimbangkan, perintah presiden disiapkan untuk memberlakukan pembatasan sementara pada keluar dari aset Rusia," katanya, tanpa memberikan rincian.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Langkah-langkah tersebut berkisar dari pembatasan kemampuan bank sentral untuk menggunakan emas dan cadangan devisanya hingga pengecualian bank-bank besar Rusia dari sistem keuangan internasional.
Pada Senin, jatuhnya rubel ke posisi terendah sepanjang masa memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga utamanya menjadi 20% dan meminta perusahaan pengekspor untuk menjual valas untuk mendukung mata uang tersebut.
Perusahaan global yang telah beroperasi di Rusia selama beberapa dekade menyatakan akan menghentikan investasi, termasuk BP dan Shell, pemegang saham masing-masing di perusahaan energi terkemuka Rusia Rosneft dan kilang LNG Sakhalin 2.
Mishustin mengatakan Rusia "terbuka untuk berdialog dengan investor yang berpikiran konstruktif" dan bahwa: "Kami berharap siapa yang berinvestasi ke negara kami akan dapat bekerja di sini lebih lanjut."
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" yang dirancang tidak untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga selatannya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya.
Institute of International Finance (IIF), satu kelompok perdagangan yang mewakili bank-bank besar, telah memperingatkan bahwa Rusia sangat mungkin gagal membayar utang luar negerinya.
Dengan pasar saham Moskwa yang babak belur ditutup untuk hari kedua pada Selasa (1/3), miliarder Rusia Mikhail Fridman, yang telah diberi sanksi oleh Uni Eropa, memperingatkan bahwa keluar dari aset Rusia mungkin terbukti sulit bahkan tanpa larangan sementara.
"Saya tidak berpikir kami akan dapat melepaskan aset di Rusia sekarang karena tidak ada pembeli untuk saat ini," kata Fridman kepada wartawan di London. [qnt]