WahanaNews.co | Vatikan
memaparkan kepemilikan aset mereka terhadap lebih dari 5.000 properti di
seluruh dunia. Data ini merupakan bagian dari laporan detail yang pernah
dipublikasi oleh Vatikan.
Laporan itu tercantum dalam dua dokumen, yaitu laporan
keuangan konsolidasi tahun 2000 untuk Takhta Suci, dan anggaran publik perdana
untuk Administrasi Warisan Takhta Suci (APSA).
Baca Juga:
Paus Fransiskus Umumkan Daftar Kardinal 2024, Ada dari Indonesia
APSA adalah sejenis kantor akuntansi umum, yang mendata
laporan sejumlah real estate dan investasi, pembayaran gaji pekerja, termasuk
departemen sumber daya manusia (SDM).
Laporan APSA mengungkap Vatikan memiliki 4.051 properti di
Italia dan sekitar 1.120 aset di luar negeri, tidak termasuk kedutaan besarnya
di seluruh dunia. Laporan ini tercantum dalam 30 halaman yang dirilis APSA.
Mengutip Reuters, Minggu (25/7), di antara dua dokumen
tersebut, yang belum pernah ada sebelumnya, Vatikan juga merilis lebih dari 50
halaman laporan keuangan.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Angkat Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM menjadi Kardinal Baru untuk Indonesia
Sekitar 14 persen dari properti Vatikan di Italia disewakan
dengan harga pasar. Sedangkan aset lainnya disewakan dengan harga lebih rendah
karena banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar karyawan gereja.
Laporan itu juga menyebut sekitar 40 persen dari seluruh
properti milik Vatikan berbentuk bangunan institusional, seperti sekolah,
biara, dan rumah sakit.
Sejumlah investasi properti Vatikan juga terletak di daerah
kelas atas di London, Inggris. Kemudian, Jenewa, Lausanne, dan Paris.
Namun, salah satu bangunan di distrik Kensington, London,
telah mengakibatkan kerugian besar bagi Vatikan setelah dibeli Sekretariat
Negara Vatikan pada 2014 lalu.
Kepala Sekretariat Vatikan Bidang Ekonomi (SPE) Pastor Juan
Antonio Guerrero menegaskan bangunan tersebut akan segera dijual untuk menutupi
kerugian lebih dalam.
Atas kerugian tersebut, Vatikan akan menggelar sidang
terhadap 10 orang, termasuk seorang kardinal terkemuka, terkait pembelian
properti di London tersebut. Mereka diduga melakukan kejahatan keuangan,
penggelapan, pencucian uang, penipuan, pemerasan, dan penyalahgunaan jabatan.
Guerrero menyebut persidangan 10 orang tersebut akan menjadi
titik balik dalam kredibilitas terkait keuangan Vatikan. "Bahwa peristiwa
serupa tidak boleh terjadi lagi," ujarnya.
Tahun lalu, Paus Fransiskus mencabut kendali Sekretariat
Negara atas keuangan Vatikan dan mentransfernya ke APSA dengan pengawasan SPE.
Laporan keuangan perdana yang dirilis APSA itu menunjukkan
Vatikan defisit 64,8 juta euro pada tahun lalu. Namun, defisit itu membaik
dibandingkan 79,2 juta euro pada 2019 lalu.
Untuk menutup defisit tahun lalu, sekitar 50 juta euro akan
diperoleh dari Peter"s Pence, dana sumbangan untuk membantu Paus melaksanakan
pekerjaan gereja di seluruh dunia.
Pandemi covid-19 ikut memukul pendapatan Vatikan pada tahun
lalu. Basilika Santo Petrus dan Museum Vatikan, yang disebut-sebut sapi perah
karena menerima 6 juta kunjungan setiap tahun, harus tutup. [qnt]