WahanaNews.co | Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menanggapi berbagai keluhan mengapa banyak orang Indonesia yang berobat ke luar negeri.
Menurut Menkes, banyak orang Indonesia yang berobat ke luar negeri seperti Malaysia dan Thailand karena minimnya dokter spesialis di Tanah Air.
Baca Juga:
RSCM Jakarta Catat Seejarah, Sukses Operasi Pasien Pakai Teknologi Robotik
Lebih lanjut Menkes menjelaskan, setelah ditelusuri mengapa masyarakat tidak mau berobat di dalam negeri, karena mereka tidak bisa mendapat akses nomor satu ketika datang rumah sakit dan harus mengantre cukup panjang.
Misalnya saja untuk pengobatan penyinaran kanker, kelainan jantung, stroke dan lainnya yang diharuskan antri cukup panjang, padahal penyakitnya sangat genting dan butuh cepat penanganan dokter spesialis.
“Saya mau cerita kita setiap tahun itu ada 12.000 bayi harus dioperasi jantungnya kalau tidak mereka wafat karena kelainan dan penyakit, padahal kapasitas maksimal kita bisa menampung 6.000 saja,” jelas Menkes pada acara Obrolan Malam Fristian bertajuk "Kawal RUU Kesehatan" yang disiarkan BTV, Selasa (25/4/2023).
Baca Juga:
Kasus Bullying PPDS, Menkes Minta Semua Fakultas Kedokteran Investigasi
"Jadi artinya, sebanyak 6.000 bayi setiap tahun itu harus meninggal karena kita tidak memiliki atau kekurangan dokter spesialis yang cukup untuk melakukan bedah jantung terbuka. Makanya hal ini harus segera dibereskan,” tegasnya.
Menkes Budi pun bertanya kepada banyak dokter di Indonesia, mengapa dokter spesialis kurang dan tidak diperbanyak.
Ternyata jawaban para dokter tersebut, untuk menjadi dokter spesialis itu sangat sulit prosesnya dan sangat mahal biayanya.
Ia pun mengungkapkan dari 92 fakultas kedokteran di universitas, hanya 20 saja yang memiliki pendidikan dokter spesialis. Sementara di luar negeri Pendidikan kedokteran tidak dilakukan hanya di universitas saja, tetapi dilakukan berbasis kolegium di rumah sakit.
“Rumah sakit kita di Indonesia ini ada sekitar 3.000. Fakultas kedokteran hanya ada 92. Kenapa kita tak lakukan di rumah sakit, ya karena kita unik. Kita jadi satu-satunya negara di dunia, dimana pendidikan kedokteran hanya dilakukan di universitas saja dan itu pun harus membayar uang pendidikan kedokteran ke universitas yang cukup mahal,” ungkap Menkes.
Ia pun mengungkapkan di hampir seluruh dunia orang yang mengambil dokter spesialis itu justru dibayar bukan membayar. Hal ini sama halnya seperti seorang pilot yang ingin naik level dari 737 ke model 747.
Dikatakan, pilot tersebut tidak perlu belajar lagi ke kampus atau universitas karena belajarnya langsung di tempat praktik sambil bekerja dan sebagai pegawai tetap masih digaji oleh perusahaannya (maskapai).
Berdasarkan data jumlah dokter di Indonesia per 2022 sebanyak 142.558 dokter umum dan 43.989 dokter spesialis.
Total 185.547 atau hanya 0,67 persen bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 275 juta penduduk.
Sementara standar WHO jumlah dokter 1 banding 1.000 penduduk. Artinya Indonesia masih sangat minim atau minus 37 persen. [Tio/Beritasatu]