WahanaNews.co | Di ruang ganti, Mohamed Salah tercenung.
Timnya tertinggal 0-2 dari Villarreal.
Baca Juga:
Bantai Liverpool, Ini Kata Karim Benzema
Mungkin ia gusar dan gelisah.
Liverpool tak lagi di atas angin.
Peluang lolos kedua tim ke babak Final Liga Champions tahun 2022 menjadi sama.
Baca Juga:
Gol Mohamed Salah dan Cody Mathes Gakpo Bawa The Reds Keluar dari Catatan Buruk
Sebagai bintang tim, Salah pastinya merasa punya tanggung jawab tetap bersinar.
Sinar yang memberikan energi positif kepada rekan satu timnya.
Seketika ia merasa dipaksa menata emosinya.
Meyakinkan dirinya dan semua pemain di timnya.
Bahwa Liverpool masih punya peluang dan bisa lolos ke babak Final Liga Champions tahun ini.
Dengan cara mengalahkan Villarreal di kandangnya.
Seolah satu frekuensi, di antara turun-naik tarikan napas yang cepat anak-anak The Reds, usai meladeni amuk anak-anak The Yellow Submarine di babak pertama, berkatalah sang pelatih kharismatik, Jurgen Klopp, di ruang ganti.
Memotivasi dan membakar semangat pemainnya dengan kayakinan bahwa tertinggal 2 gol masih bisa dikejar.
“Pelatih bicara kepada kami. Ada karakter dan kepribadian yag muncul di ruang ganti. Kami adalah tim besar yang ada di level atas. Jadi itu sebabnya kami bisa menyerang kembali setelah tertinggal 0-2 di babak pertama,” ucap Mohamed Salah kepada BT Sport.
Menceritakan apa yang terjadi di ruang ganti timnya saat turun minum babak pertama.
Semangat dan keyakinan memang harus tetap dipelihara.
Walau peluang fifty-fifty atau menipis.
Siapa yang tahu kesudahan dari sebuah pertandingan.
Selama kemampuan dan kesempatan bertarung masih ada dan sama kuat.
Walau pasukan harus bertempur di tanah lapangan musuhnya.
Semasa 45 menit yang menentukan dilanjutkan.
Peluit babak kedua pun memekik.
Amuk Villarreal terhadap Liverpool makin menjadi.
Mereka hanya butuh 1 gol lagi untuk bisa menang dan lolos.
Pasukan pelatih Unai Emery ingin mencatat sejarah pertama kali lolos ke Final Liga Champions.
Namun Liverpool tak mau mengalah.
Melawan sengit tak berkesudahan.
Nama besar, karakter dan tradisi tim finalis Liga Champions-nya muncul.
Keyakinan dan motivasi di ruang ganti itu terbukti.
Liverpool menghancurkan Kapal Selam Kuning.
Menenggelamkan mimpi pemain, pelatih dan pendukung Villarreal.
Dini hari WIB, Rabu (4/5/22), di Stadion Estadio de la Ceramica.
Jurgen Klopp, Mohamed Salah dan semua anggota skuad Liverpool pulang membawa kemenangan.
Melesakan 3 gol balasan di babak kedua.
Lewat kepiawaian permainan Fabinho, Luis Diaz dan Sadio Mane.
Lolos ke Final Liga Champions dengan agregat gol 5-2 atas Villarreal.
Dalam pertandingan Semi Final Liga Champions itu, Mohamed Salah memang tak mencetak gol.
Hanya sekali nyaris saja.
Tapi kebintangannya memberikan goal trigger assist kepada Fabinho ternyata membuka jalan dua gol berikutnya.
Membuktikan bahwa pendar cahaya kebintangan Salah tetap ada dan terjaga pada rekan satu timnya di saat tertinggal.
Mohamed Salah, yang kabarnya seorang muslim taat itu, saat ini tentu sedang bersyukur di sela-sela istirahatnya.
Dia tak peduli jika ada yang merayakan pesta kemenangan sambil minum-minum sebagaimana biasanya.
Salah bukan peminum tapi dia maklum tradisi itu.
Dia mungkin lebih menikmati berandai-andai, tim mana yang akan dilawan Liverpool saat final nanti.
Di final nanti, tim yang akan berhadapan dengan Liverpool adalah antara Real Madrid dan Manchester City.
Kedua tim masih harus bertanding pada leg-2 di Stadion Santiago Bernabeu, Kamis (5/5/22) dini hari WIB.
Sebagaimana diberitakan banyak media, kabarnya dia lebih menyukai jika Real Madrid yang akan menantang Liverpool di final Liga Champions tahun ini.
Bukan bermaksud mengecilkan kekuatan Manchester City, tapi lebih kepada ia ingin melampiaskan dendamnya saat The Reds dikalahkan Los Blancos pada Final Liga Champions 2018 di Kiev, Ukraina.
Di mana saat itu ia ikut bertanding mati-matian hingga lengannya cedera tertimpa Sergio Ramos dalam pertandingan yang berkesudahan 1-3 untuk Madrid juara.
“Saya ingin melawan Madrid. City adalah tim yang sangat tangguh. Kami sudah menghadapi mereka beberapa kali musim ini. Tapi jika kalian bertanya ke saya secara pribadi, saya ingin bertemu Madrid karena kami pernah kalah di final melawan mereka,” ucap Salah usai menang kontra Villarreal sebagaimana dilansir BBC.
Pernyataan Salah itu sebuah dendam yang menarik.
Bukti bahwa dendam tidak selamanya buta dan membumi hanguskan.
Jika pikiran awam yang disodorkan, sah-sah saja Salah menyumpahi semoga Madrid kalah dari City.
Agar kesialan 2018 di Ukraina tak terulang.
Tapi tidak, dia justru ingin Madrid menang melawan City.
Walau City lebih diunggulkan karena agregat golnya.
Padahal bisa saja, saat jumpa Madrid di final nanti jika Madrid menang melawan City, Liverpool kalah lagi dan Salah menelan pil super pahit ber-merek Los Blancos untuk yang kedua kalinya.
Itulah olahraga.
Itulah sepakbola.
Itulah Mohamed Salah.
Jika ada dendam kekalahan, pembalasan yang terjadi tetap berbalut dengan semangat patriotik dan sportifitas.
Tidak seperti dendam politik, yang sering digiring ke arah pembumi hangusan lewat perang dan pemiskinan kesempatan.
Selamat menanti balas dendam Liverpool kepada Real Madrid di Final Liga Champions 2021-2022.
Kalau api keberuntungan Manchester City yang sedang On-fire padam. [gun]