WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pebulutangkis tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, harus menghentikan langkahnya di turnamen Kumamoto Masters 2025 setelah dikalahkan pemain Thailand, Ratchanok Intanon, dalam laga final.
Gregoria menyerah dengan skor 16–21, 20–22, setelah berjuang ketat di gim kedua.
Baca Juga:
Tundukkan Chiu Pin-Chian, Gregoria Kembali Tembus Final Kumamoto Masters
Usai pertandingan, Gregoria menyampaikan tanggapannya mengenai hasil tersebut.
"Saya tetap mengucap syukur bisa kembali ke podium walaupun ini bukan hasil yang terbaik yang bisa saya raih," kata Gregoria seperti dilaporkan RRI, Minggu (16/11/2025)..
Meski gagal meraih gelar juara, ia menilai banyak perkembangan positif yang diperoleh selama mengikuti rangkaian pertandingan di Kumamoto.
Baca Juga:
Comeback Gemilang! Gregoria Tundukkan Asuka dan Amankan Tiket Semifinal
Menurutnya, performanya kali ini cukup memuaskan.
Ia menjelaskan momen krusial dalam pertandingan tadi.
"Di gim pertama saya ada kesempatan untuk mengambil keunggulan tapi terlepas lalu di gim kedua sudah tertinggal 16-20 tapi saya masih berusaha. Dan bisa mengejar sampai 20-20 sebelum akhirnya harus mengakui keunggulan Ratchanok," ujarnya.
Gregoria juga memberikan apresiasi atas performa lawannya. Ia menyebut Ratchanok bermain konsisten sepanjang turnamen dan sangat layak menjadi juara.
Selain itu, Gregoria merasa turnamen Kumamoto membawa keberuntungan tersendiri baginya.
Ia tidak menyangka bisa menembus babak akhir mengingat beberapa bulan sebelumnya ia menghadapi situasi yang sangat berat.
Di sisi lain, pengamat olahraga nasional Daniel Siahaan menilai kekalahan Gregoria cukup disayangkan, meskipun pencapaiannya sebagai runner-up tetap patut diapresiasi.
"Kalau kita lihat tadi Grego sudah berjuang tapi kurang konsisten," katanya. Ia juga menyebut keberuntungan tampak tidak berpihak kepada Gregoria, terutama pada permainan di depan net.
"Ratchanok Intanon lebih prima ya," ujarnya.
Daniel melihat ada momen-momen ketika Gregoria terlihat kurang percaya diri, terutama dalam pengambilan keputusan di lapangan.
"Beberapa kali Grego salah dalam mengambil keputusan. Dan bola-bola yang didapat Intanon bukan karena kepintarannya, banyak juga kesalahan-kesalahan Grego," ucapnya.
Ia menambahkan bahwa dalam reli panjang, Ratchanok menunjukkan kecerdikan, terutama saat memainkan bola-bola pendek di depan net.
Lebih jauh, Daniel menyoroti performa keseluruhan atlet Indonesia di ajang Kumamoto Masters 2025 dan menilai perlunya evaluasi menyeluruh di internal PBSI.
"Kita agak susah mendapatkan gelar juara. Karena kita tidak punya masing-masing di nomor yang bagus," ujarnya.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]