WahanaNews.co | Piala Dunia Qatar yang spektakuler telah tuntas pada Minggu (18/12/2022). Persiapan selama 12 tahun menghasilkan penyelenggaraan yang akan selalu diingat sepanjang masa.
Banyak orang datang dan pergi dalam tempo 28 hari. Membawa begitu banyak kenangan, cerita, dan kehebohan.
Baca Juga:
Ketum PSSI Ajak Tim Kerja Keras Meski Indonesia Naik Peringkat FIFA
Keesokan paginya, Qatar bangun dengan kesadaran bahwa Piala Dunia sudah selesai. Pesta-pesta sebulan terakhir hanya tinggal kenangan.
Lorong-lorong Souq Waqif yang populer di ibu kota Doha, menyisakan bayangan orang-orang dari Brasil, Argentina, Maroko, dan para penggemar sepak bola dari berbagai negara. Fisik aslinya sudah pergi dari negeri ini.
“Saya merasakan kesedihan yang luar biasa ketika masuk kerja pada pagi ini. Banyak tempat terlihat kosong,” kata Ahmed Salam, seorang penjaga toko pakaian di Souq Waqif, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Baca Juga:
Pembunuhan Berencana di Muaro Jambi, Pelaku Terancam Hukuman Mati
“Ada begitu banyak kemeriahan di daerah ini. Kami hampir tidak punya waktu untuk duduk atau istirahat, tetapi sekarang suasananya berbeda,” ia menambahkan.
Salam berasal dari India. Ia berharap turnamen besar seperti Piala Dunia diadakan setiap tahun di Qatar.
“Satu-satunya tempat di luar India yang pernah saya datangi hanyalah Qatar. Sangat menyenangkan memiliki kesempatan untuk bertemu orang-orang dari seluruh dunia,” ujar Salam.
Qatar diperkirakan menerima kunjungan lebih dari 1,2 juta orang selama Piala Dunia 2022. Namun berapa angka pastinya setelah pesta ini berakhir, belum diketahui.
Pastinya Qatar terlihat begitu hiruk-pikuk kemarin. Itu adalah peningkatan yang pesat, karena populasi negara ini hanya 2,7 juta jiwa.
Di tempat lain para pekerja terlihat menurunkan merek dan bendera Piala Dunia. Juga menyingkirkan pagar-pagar besi portabel, yang dipasang di sekitar stasiun Metro Doha.
Di dalam stasiun terlihat sedikit kerumunan. Tidak ada orang yang jalan cepat atau bergegas mengejar kereta.
Mimi Mohammed, residen Qatar dari Inggris, mengungkapkan masih merasa kewalahan dengan kesibukan selama empat minggu terakhir. “Namun suasananya benar-benar menginspirasi,” ucapnya.
Yamina Usman dari Pakistan yang bekerja di Doha, mengaku mulai sedih bahkan sebelum partai final berlangsung. Ia rindu dengan kepadatan selama Piala Dunia.
“Saya sudah mulai sedih. Seperti ini semuanya telah berakhir,” kata Yamina, 39 tahun, masih dari laporan Al Jazeera.
“Kami perlu membiasakan diri dengan kota yang relatif sepi. Kesibukan dan kesemrawutan kemarin adalah bagian terbaik dari acara ini,” ia menambahkan.
Sekarang Qatar kembali ke kehidupan normal. Namun mereka pernah punya cerita yag begitu membahana, sebagai salah satu negara yang sukses menggelar Piala Dunia. [rna]