WahanaNews.co, Jakarta - Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari banyak orang.
Namun, ada sebagian individu yang memilih untuk memprivate akun media sosial mereka dan jarang memposting.
Baca Juga:
Kemenkumham Tegaskan Belum Buka Penerimaan CPNS 2023
Meskipun ini mungkin tampak tidak lazim, perilaku ini seringkali mencerminkan karakteristik dan kecenderungan tertentu.
Dilansir dari Hack Spirit pada Jumat (25/7), terdapat delapan ciri umum yang biasanya dimiliki oleh orang-orang yang merahasiakan media sosial mereka dan jarang memposting.
1. Privasi yang Tinggi
Baca Juga:
Kapolres Subulussalam Bantu Biaya Pengobatan Anak Petani Penderita Tumor
Orang yang jarang memposting di media sosial sering kali sangat menghargai privasi mereka.
Mereka tidak merasa perlu untuk membagikan setiap detail kehidupan mereka secara publik.
Keputusan untuk menjaga akun media sosial tetap pribadi mencerminkan keinginan mereka untuk melindungi informasi pribadi dan hanya membagikannya dengan orang-orang yang benar-benar dekat.
2. Kepedulian Terhadap Kualitas Hubungan
Orang-orang ini biasanya lebih memprioritaskan kualitas hubungan daripada kuantitas.
Mereka lebih suka memiliki beberapa teman dekat daripada ratusan "teman" online.
Dengan merahasiakan akun mereka, mereka memastikan bahwa hanya orang-orang tertentu yang memiliki akses ke kehidupan pribadi mereka, sehingga menjaga hubungan tetap tulus dan otentik.
3. Kepuasan dengan Kehidupan Pribadi
Seringkali, orang yang jarang memposting di media sosial merasa puas dengan kehidupan mereka di dunia nyata.
Mereka tidak merasa perlu mencari validasi atau pengakuan dari orang lain melalui likes dan komentar.
Kepuasan ini mencerminkan tingkat kepercayaan diri dan ketenangan batin yang tinggi.
4. Ketahanan Terhadap Tekanan Sosial
Orang-orang yang merahasiakan media sosial mereka biasanya tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan sosial untuk tampil atau bertindak dengan cara tertentu.
Mereka tidak merasa perlu untuk mengikuti tren atau membandingkan diri dengan orang lain.
Ini menunjukkan tingkat ketahanan dan keteguhan karakter yang kuat.
5. Kecenderungan untuk Refleksi Diri
Individu yang jarang memposting sering kali lebih introspektif dan reflektif. Mereka cenderung merenungkan pengalaman dan pemikiran mereka sendiri daripada membagikannya secara publik.
Kebiasaan ini memungkinkan mereka untuk memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.
6. Fokus pada Kehidupan Nyata
Orang yang tidak terlalu aktif di media sosial seringkali lebih fokus pada kehidupan nyata mereka.
Mereka mungkin lebih menikmati interaksi langsung dengan orang-orang di sekitar mereka, mengejar hobi, atau menikmati waktu sendirian.
Fokus ini membantu mereka menjaga keseimbangan antara kehidupan online dan offline.
7. Kemampuan untuk Mengendalikan Narasi Pribadi
Dengan menjaga media sosial tetap pribadi, orang-orang ini memiliki kendali penuh atas bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain.
Mereka dapat memilih apa yang ingin mereka bagikan dan dengan siapa. Kemampuan ini memberi mereka kekuatan untuk mengendalikan narasi pribadi mereka dan menghindari interpretasi yang salah atau salah paham.
8. Menghargai Waktu dan Energi
Mengelola media sosial bisa memakan waktu dan energi. Orang yang jarang memposting sering kali lebih memilih untuk menghabiskan waktu dan energi mereka pada aktivitas lain yang mereka anggap lebih bermanfaat atau menyenangkan.
Mereka menyadari bahwa media sosial bisa menjadi gangguan dan memilih untuk menghindarinya demi menjaga produktivitas dan kesejahteraan mental mereka.
Kesimpulan
Memilih untuk merahasiakan media sosial dan jarang memposting bukan berarti seseorang tidak sosial atau tertutup.
Sebaliknya, ini seringkali mencerminkan pilihan sadar untuk menjaga privasi, memprioritaskan hubungan yang bermakna, dan fokus pada kehidupan nyata.
Dengan memiliki ciri-ciri ini, orang-orang ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kepercayaan diri, ketahanan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi era digital yang seringkali penuh tekanan sosial.
[Redaktur: Andri Frestana]