WahanaNews.co | Red flag adalah tanda peringatan akan adanya pola atau perilaku tidak sehat yang dilakukan oleh pasangan kita. Diartikan sebagai bendera merah, istilah ini merupakan kiasan untuk tanda bahaya dalam hubungan sehingga kita mungkin perlu mengakhirinya.
Namun tidak semua orang mudah menangkap red flag karena perasaan cinta terhadap pasangan biasanya mengaburkan penilaian.
Baca Juga:
Heboh Foto dan Video Mesra Bupati Nias Barat dengan Kadis Pariwisata, Nitizen: Semakin Menyala
8 red flag dari pasangan yang wajib dikenali
Red flag biasanya diartikan sebagai sikap kasar atau perilaku agresi lainnya. Namun ada beberapa tanda bahaya lain yang kerap luput dari perhatian gaslighting, manipulasi, narsisme atau perilaku toxic lainnya.
Padahal ini juga bisa berdampak buruk pada hubungan apalagi jika kita sudah mempertimbangkan untuk menikah dengan pasangan tersebut.
Baca Juga:
7 Tanda Pasangan Sudah Tak Percaya Padamu
Agar tidak jatuh dalam kesalahan tersebut dan menderita dalam pernikahan, sebaiknya kenali delapan red flag seperti yang diuraikan oleh psikolog, dikutip dari Insider.
Sering berbohong
Pasangan yang kerap tertangkap basah berbohong bukanlah pertanda baik.
"Kita semua bersalah karena mengatakan white lies; namun, jika Anda memperhatikan bahwa pasangan Anda secara konsisten menipu atau terjebak dalam kebohongan, itu adalah tanda bahaya," kata Samara Quintero, terapis perkawinan dan keluarga berlisensi di Choose Therapy.
Kebohongannya bisa jadi kecil seperti tidak jujur soal tujuan hidupnya atau hal yang besar seperti jumlah hutang yang dimiliki.
"Dibohongi berulang kali dapat membuat sulit untuk membangun fondasi yang kokoh dalam hubungan atau menghancurkan yang telah Anda bangun, yang dapat menyebabkan masa depan yang goyah," kata Quintero.
Terus-menerus merendahkan kita
Pasangan yang sering mengkritik atau merendahkan, meskipun dengan cara yang halus atau pasif-agresif, dapat memengaruhi harga diri kita sekaligus red flag yang penting dikenali.
"Ini adalah bentuk pelecehan emosional yang dapat menimbulkan perasaan cemas dan tidak aman dalam hubungan," kata Quintero.
Sebuah studi tahun 2013 menunjukkan bahwa pelecehan emosional bisa sama berbahayanya dengan pelecehan fisik. Keduanya berkontribusi terhadap depresi dan harga diri yang rendah sehingga harus ditanggapi dengan serius.
"Mengatasi perilaku ini dengan pasangan Anda sangat penting, dan jika mereka menolak untuk bertanggung jawab atau menyatakan keinginan untuk berubah, mungkin sudah waktunya untuk mengevaluasi kembali hubungan tersebut," kata Quintero.
Enggan berkompromi
Pasangan yang enggan berkompromi termasuk untuk hal kecil adalah red flag yang nyata.
"Jika Anda menjalin hubungan dengan seseorang yang tampaknya membuat semuanya sepihak, Anda mungkin berakhir dengan kompromi berlebihan dan akhirnya merasa kesal, sakit hati, disalahpahami, dan tidak puas," kata Emily Simonian, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi.
Dalam hubungan dan pernikahan yang sehat, sangat penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan satu sama lain dengan berkompromi.
Cenderung lari dari pembicaraan yang sulit
Pasangan yang tidak memiliki keterampilan emosional atau perilaku yang diperlukan untuk mengatasi masalah dan malah melarikan diri dapat menghancurkan hubungan.
Contohnya yaitu menghindari pertengkaran tanpa mau mendengarkan argumentasi kita atau mengabaikan kita ketika sedang berkonflik.
"Orang yang kesulitan menolerir emosi yang sulit cenderung menyerang atau melarikan diri saat keadaan menjadi sulit," kata Simonian.
Perilaku mengontrol dan cemburu berlebihan
Pasangan yang cemburuan cenderung memiliki perilaku mengontrol termasuk ketika kita memiliki kehidupan sosial dengan orang lain.
"Upaya untuk mengontrol biasanya dimulai secara halus tetapi akhirnya meningkat intensitasnya dan sering membuat Anda merasa seolah-olah tidak ada yang Anda lakukan 'cukup baik'," kata Simonian.
"Jika Anda menyadari diri Anda merasa terkekang atau secara konsisten mengubah perilaku Anda untuk meredakan kecemburuan mereka, itu bisa menjadi pertanda masalah yang lebih besar akan datang."
Minim komunikasi terbuka yang sehat
"Pasangan yang beralih ke agresivitas pasif, menyalahkan, atau mengekspresikan emosi dengan cara yang agresif menunjukkan komunikasi yang tidak efektif," kata Quintero.
Bisa dikatakan sebagai red flag jika kita dan pasangan tidak dapat berkomunikasi secara terbuka dan sehat saat menghadapi masalah.
"Hubungan yang sehat memberikan tempat yang aman bagi kedua pasangan untuk berbicara secara terbuka tentang emosi mereka tanpa takut dihakimi atau dikritik," tambahnya.
Tidak punya teman
Pasangan yang tidak memiliki teman atau sahabat adalah red flag yang tidak boleh diabaikan. Kondisi ini berarti mereka tidak mampu atau mau menjaga hubungan dengan orang lain akibat kurangnya keterampilan sosial, kepribadian yang sulit atau faktor negatif lainnya.
Pasangan yang tidak punya teman juga akan menuntut terlalu banyak atau posesif serta tidak memahami kebutuhan kita untuk menghabiskan waktu bersama orang lain.
Tidak mendukung
Riset tahun 2014 membuktikan jika komitmen dan dukungan untuk hubungan dan pasangan diperlukan untuk menjaga stabilitas.
Seseorang perlu secara aktif terlibat dalam perilaku yang menunjukkan dukungan untuk pasangan mereka dan hubungannya secara keseluruhan. Jika pasangan tidak secara aktif menunjukkan dukungan maka bisa menjadi red flag akan adanya masalah di kemudian hari. [rna]