WahanaNews.co | Film KKN di Desa Penari yang ceritanya berdasarkan kisah nyata saat ini menjadi salah satu film terlaris di Indonesia. Bahkan jumlah penontonnya cukup fantastis di awal penayangan.
Selain filmnya yang mistis, lagu yang menjadi soundtrack film juga dianggap membawa film ini kian seram.
Baca Juga:
Rekor Baru Jumlah Penonton Film Indonesia
Mengusung lagu tradisional Jawa, lagu berjudul Dhat ini juga mengangkat bahasa Jawa dan bahasa sansekerta dari sisi liriknya. Sentuhan nada-nadanya juga mengusung musik Jawa, dengan perangkat gamelan jadi pengiring lagunya.
Lagu Dhat pada film KKN di Desa Penari sendiri dibawakan oleh Hamida Madu Kinanti, atau yang akrab disapa Kinanti, perempuan kelahiran Kabupaten Malang. Ia diiringi dua anggota keluarganya yakni Matoha, sang ayah dan Hanifa Madu Wanandi, untuk latarbelakang musik Jawa yang kental di dalamnya.
Matoha, pencipta lagu Dhat menuturkan, ia berkolaborasi dengan kedua anaknya, usai anak pertamanya mengajak untuk membuat soundtrack film KKN di Desa Penari.
Baca Juga:
Film Pengabdi Setan 2 Tembus 2 Juta Penonton
Saat itu disebutnya proses pembuatan lirik lagu Dhat memang mendadak, karena sang anak baru mengabari saat perjalanan pulang ke Malang dari Jakarta.
Lagu soundtrack KKN di Desa Penari sendiri diambil dari petikan cuitan akun Twitter Simple Man di Twitter. Menariknya, sang pencipta lirik lagu ini justru tak tahu bila lagu yang dibuatnya saat itu akan dijadikan soundtrack film.
"Ini kan (Kinanti, anaknya) nggak pernah pulang, pulang itu sebelum satu bulan (deadline project) ngomong tentang KKN Desa Penari, terus ceritanya gimana, saya buka (akun Twitter) Simple man itu. Saya dengar saja, jadi saya nggak tahu Itu sudah dibuat film atau tidak, cuma dari cerita simple man," ungkap Matoha ditemui MNC Portal di Kota Malang.
Pria yang juga guru kesenian di SMAK Yos Sudarso Kepanjen ini menuturkan, Dhat sendiri merupakan roh suci, sedangkan lirik-lirik lagu Dhat bercerita mengenai tingkah laku manusia yang tidak boleh semaunya sendiri terhadap seluruh makhluk ciptaan Tuhan.
Makhluk yang dimaksudkan di sini tak hanya makhluk yang kasat mata seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, melainkan juga makhluk tak kasat mata sebangsa jin.
"Manusia nggak boleh sembarangan bersama-sama makhluk ciptaan Tuhan, inti dari lagu Dhat itu sebenarnya manusia jangan seenaknya merasa paling baik sempurna," ujarnya.
Matoha mengaku, tak mengetahui pasti lokasi dimana cerita yang dimaksudkan akun Simple Man di Twitternya. Namun dari penafsiran hasil membacanya kuat dugaan itu masih berada di tanah Jawa. Sehingga ia memutuskan mengedepankan pesan moral dari cerita akun Simple Man untuk lagi yang dibuatnya.
"Yang saya tangkap itu pesan moral yang ada di dalam Simple Man. Saya tidak memperhatikan itu Banyuwangi atau mananya, tapi lebih pada cerita yang dimaksud abstrak itu, saya coba kupas sesuai dengan yang saya ngerti, bahwa itu kejadian yang dimaksud (cerita KKN di Desa Penari) tidak lepas dari menurut saya asal usul tanah Jawa," jelasnya.
Menurutnya, sebagai penerus tanah Jawa sudah seharusnya manusia di manapun harus menghormati adat istiadat dan kearifan lokal di setiap daerah. Pasalnya setiap daerah tentu memiliki kearifan lokal dan pantangan yang berbeda-beda.
"Kita sebagai penerus yang di tanah Jawa yang menghormati yang ada di Jawa. Jadi pengertiannya bukan Banyuwangi tapi Jawa," katanya.
Proses penciptaan lirik lagu disebut Matoha juga cepat, mengingat sang anak yang tiba-tiba pulang akhirnya saat itu juga ia mencoba membuatkan lagu. Pada malam harinya tepat di malam Jumat, proses rekaman untuk lagu sampel yang dikirimkan ke MD Musik dilakukan.
"Saya buat yang ada dalam otak saya sama dia bantu, amanatnya itu saya coba buatkan sebentar. Malamnya kita rekaman, kami bertiga, saya anak saya nomor satu (Kinanti) dan anak saya nomor dua," bebernya.
Menariknya rekaman lagu simpel untuk demo yang dikirim dikerjakan seadanya dengan menggunakan smartphone. Proses pengerjaan lagu dan nada-nadanya pun dilakukan di Balai RT setempat, karena di tempat tersebut terdapat perangkat alat musik gamelan yang sengaja dipinjam oleh Matoha dan anak keduanya dari sekolah tempatnya mengajar.
"Rekaman bukan di studio, rekaman di balai RT, kebetulan kami punya gamelan dikasih dari Gunung Kawi. Di situ gamelannya, kami bertiga rekaman, pertama nyari tempo (lagu), kemudian kedua pengisi suara gendang, kemudian mengisi suara apa ya, dia yang bantu merekam sama adiknya," terangnya.
"Akhirnya siap, syairnya ya cepat hafal, karena ngarang sendiri. Malam itu juga kami setelah membuat syair malamnya, kami coba rekaman sampai hampir jam 3 sampai 4, hampir subuh. Rekamannya lama, bikinnya cepat 30 menit, jadi drafnya. Langsung kami coba rekaman," imbuhnya.
Lagu Dhat pun kini dianggap sukses mengantarkan film KKN di Desa Penari yang sudah ditonton hingga 8 juta penonton di bioskop. Bahkan lagu itu disebut memiliki daya magis tersendiri selain filmnya yang diambil dari kisah nyata. Tetapi Matoha menegaskan lantunan alat musik Jawa dan lengkingan suara sinden, bukan harus diidentikkan dengan hal mistis.
"Kami berusaha itu bukan mistis, beda mistis dengan seram. Kalau orang lain mendengarkan suara itu mungkin mistis, bahkan mendengarkan gamelan apapun dianggap mistis, ini yang ingin diubah. Sebetulnya jangan dianggap gamelan itu mistis, tapi secara tidak sadar yang menurut saya lakukan itu orang menganggapnya mistis, dan terbukti terkenalnya karena mistis," jelasnya.
"Tapi sebetulnya bukan karena mistis ya bisa mendekati mistis tapi seru dan seramnya sesuai pitutur diliriknya. Kami menyesuaikan lirik yang ini, kalau itu dianggap mistis yang nggak apa-apa, sebetulnya lebih pada seram begitu saja," pungkasnya. [rsy]