WahanaNews.co | Pesawat Mandala Airlines dengan nomor penerbangan RI 091 jatuh tak lama usai lepas landas dari Bandara Polonia Medan, Sumatera Utara, pada Senin 5 September 2005 lalu.
Pesawat Boeing 737-200 itu tercatat berangkat dari Medan menuju Jakarta pada pukul 09.40 WIB.
Baca Juga:
Hujan Petir Bukan Masalah! Begini Cara Pesawat Modern Tetap Aman di Udara
Dalam catatan, pesawat tersebut jatuh menimpa sekitar 20 bangunan dan iring-iringan mobil di Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, sekitar 100 meter dari Bandara Polonia sebelum akhirnya terbakar dan meledak.
Pesawat jenis Boeing 737-200 mengangkut 112 penumpang dan lima kru. Dua di antara penumpang adalah Gubernur Sumut Rizal Nurdin, mantan Gubernur Sumut Raja Inal, dan anggota DPRD Sumut Abdul Haris.
Sultan Tanjung, saksi mata, menuturkan, dia mendengar suara ledakan yang sangat keras. Lelaki yang mengaku berada sekitar 50 meter dari tempat kejadian mengatakan, asap langsung membumbung tinggi tak lama setelah ledakan.
Baca Juga:
Perjuangan Tekan Harga Tiket Pesawat Diungkap Menhub Budi Karya
"Asap berasal dari ekor pesawat," kata Tanjung.
Dia menambahkan, beberapa detik setelah take off, tiba-tiba bagian ekor pesawat yang sudah menempuh 50 ribu jam terbang itu menabrak tiang listrik dan jatuh menimpa deretan pertokoan serta rumah warga.
Puluhan rumah dan toko yang ditimpa badan pesawat juga ikut terbakar. Beberapa pejalan kaki serta penumpang angkutan umum yang tengah melintas di Jalan Jamin Ginting turut menjadi korban.
Korban meninggal yang dievakuasi dalam kondisi mengenaskan akibat luka bakar. Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Adam Malik, RS Pirngadi, dan RS Polda Sumut.
143 Meninggal
Total korban meninggal dalam insiden tersebut 143 orang, yaitu 99 penumpang pesawat dan 44 masyarakat yang berada di jalan Jamin Ginting kala itu. Sejumlah penumpang selamat.
Mereka yang selamat duduk di kursi nomor 20A hingga 20F di bagian belakang pesawat. Diduga, mereka selamat karena kapal terbang nahas itu jatuh dengan posisi menukik. Mereka berhasil keluar sesaat sebelum pesawat Boeing 737-200 itu meledak dan terbakar.
Berdasarkan manifes penerbangan, pesawat mengangkut 117 orang, terdiri dari 112 penumpang dan lima kru. Burung besi produksi 1981 itu dipiloti Askar Timur dengan co-pilot Dhaufir. Sedangkan tiga pramugari yang ikut menjadi korban masing-masing Agnes Retnariny, Novi Maulana dan Dewi Setiasih.
Sementara itu, Direktur Pelaksana Harian Mandala Airlines, Mayjen TNI Asril Tanjung di Kantor Pusat Mandala Airlines pada Senin 5 September 2005 mengatakan, sebatas laporan yang diterima, penyebab jatuhnya pesawat kemungkinan karena gagal take off.
Pesawat buatan tahun 1981 yang jatuh tersebut, terakhir kali melakukan pemeriksaan pada 7 Juni 2005 dan dinyatakan laik terbang. Artinya, pesawat masih mampu terbang dengan kecepatan maksimum 943 kilometer per jam dan daya jelajah sekitar 3.700 kilometer. Dengan mengantongi 50 ribu jam terbang, seharusnya RI-091 ini masih dapat digunakan selama delapan tahun lagi.
Memiliki lebar sayap sekitar 28 meter dan panjang mencapai 30 meter lebih, pesawat ini mempunyai berat 27 ribu kilogram lebih saat kosong dan 52 ribu kilogram saat lepas landas. Mandala Airlines masih mengoperasikan 12 pesawat bermesin jet JT8D-15/17 ini untuk jalur penerbangan domestik.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan penyebab kecelakaan Boeing 737-200 milik Mandala Airlines jatuh di Medan, Sumatra Utara.
Hasil KNKT yang diumumkan Ketua Tim Investigasi Frans Wenas di Jakarta, Kamis 12 Oktober 2006 menyebutkan, diduga, karena pilot tidak melakukan prosedur checklist dan konfigurasi pesawat tidak sesuai persyaratan. Akibatnya kondisi flat dan slat atau alat untuk menambah daya angkat pesawat, tidak turun.
Alarm peringatan lepas landas juga tidak terdengar. Namun, mesin pesawat secara umum bekerja dengan baik.
Menanggapi hal ini, Presiden Direktur Mandala Airlines Diono Nurjadin, mengatakan kedua pilot memiliki sertifikasi lengkap dan layak terbang. Diono juga menyatakan tidak akan mengomentari hasil investigasi KNKT. [rin]