WahanaNews.co | Seorang pria lanjut usia bernama Dahlan (60), memiliki kisah inspiratif dalam hidupnya walau sudah berusia senja.
Dahlan merupakan lelaki pekerja keras yang mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi dengan modal sebagai penjual barang antik.
Baca Juga:
Raih Gelar Master SDM dari AS, Penerima Beasiswa LPDP Maria Jochu Kembali ke Papua Jadi Lurah
Siapa sangka barang antik yang dianggap tidak berguna, dapat menjadi opsi berjualan yang cukup menjanjikan. Meskipun terlihat kuno, nyatanya barang antik dapat membawa rezeki lebih bagi Dahlan.
Sejak 1987, Dahlan sudah menjadi pedagang barang antik di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat. Banyak yang ia tawarkan, mulai dari jam lama, televisi, patung, hingga bagian-bagian kapal yang sudah dipisahkan satu per satu. Dulu, kata Dahlan, banyak sekali pembeli yang sengaja datang dari luar kota bahkan luar negeri untuk membeli barang dagangannya.
"Barang antik di Jalan Surabaya juga terkenal bisa ditawar, beda dengan tempat lain. Banyak pembeli yang datang dari Semarang, Solo, Surabaya, Yogyakarta," kata Dahlan saat ditemui di lokasi, kemarin.
Baca Juga:
Kisah Inspiratif Polisi Sisihkan Gaji Demi Dirikan Sekolah Gratis Anak Yatim di Indramayu
Namun, saat ini, peminat barang antik semakin berkurang terlebih akibat pandemi. Tapi, kata Dahlan, barang antik tetap punya peminat walaupun sedikit, dan tak akan kehilangan pasarnya.
Walau semakin hari kian tergerus, namun Dahlan tidak ingin kalah, ia tetap berjualan dengan tabah, bagian dari cobaan katanya.
Di bawah terik matahari, Dahlan menceritakan masa-masa indah selama menjadi pedagang barang antik. Ia menjelaskan pendapatannya pernah mencapai Rp10-25 juta dalam sehari.
"Kalau kaya gini, bisa 10 juta harga ornamen kapal. Pernah 25 juta, apalagi kalau diborong, tapi masih bisa ditawar jadi 15 juta," ucapnya menggebu-gebu.
Dahlan terus bercerita soal pekerjaannya dengan sangat semangat. Ia lantas berbangga, karena hasil dari penjualan barang antik dapat menyekolahkan tiga anaknya hingga ke perguruan tinggi. Bahkan, kata Dahlan, anaknya yang paling tua telah menyelesaikan S2.
"Selama 35 tahun jual-beli barang antik, bisa nyekolahin anak juga, gitu saja. Anak ada tujuh, meninggal tiga, jadi sekarang ada empat. Paling besar sudah selesai S2, tapi saya mah masih begini-gini saja," ucap Dahlan sambil tertawa.
"Ngumpulin keuntungan buat keluarga, ya cukup menjanjikan, ada lah kalau untuk anak sekolah. Anak saya yang paling muda masih SMP, yang lain sudah lulus kuliah," sambungnya.
Kendati anaknya berpendidikan tinggi, Dahlan tidak ingin meninggalkan dunia barang antik yang memang ia senangi. Ia menilai bahwa apa yang dijalaninya sejak 35 tahun lalu ini merupakan pekerjaan dengan banyak cerita.
Bagaimana bisa ia meninggalkan pekerjaan ini, sementara setiap kali ia bercerita selalu penuh dengan semangat dalam dirinya. Salah satu ceritanya, ialah saat Dahlan selalu merasa seperti petualang sejati tiap kali melihat barang yang ia jajakan sendiri.
"Emang seru, kaya orang berpetualang, ada suka, ada duka," ucap Dahlan.
Pria asal Bogor ini mengaku sangat mencintai pekerjaannya, namun tidak memiliki keinginan untuk meneruskan kepada anaknya. Dengan nada yang sedikit memelan, ia berharap anak-anaknya dapat memilih jalan hidup sendiri. Lagi pula, kata Dahlan, tidak seharusnya nasib orang tua menurun ke anaknya.
"Kalau bisa sih enggak, biarin saja kerja, dia cari jalannya sendiri, masa bapaknya macul, anaknya ikut macul? Kalau bisa mah jangan lah," katanya. [rsy]