WahanaNews.co | Para
astronot yang melaksanakan misi khusus di luar angkasa boleh gembira. Pasalnya
kebutuhan makanan mereka selama bertugas di luar angkasa dalam jangka waktu
yang lama setidaknya bisa terjamin dengan baik.
Baca Juga:
Penangkapan Maling Kulkas dan Kompor Gas di Badiri Tapanuli Tengah
Pasalnya baru-baru ini proyek kerja sama tiga institusi,
Purdue University, Air Squared Inc dan Whirlpool Corporation telah berhasil
membuat sebuah kulkas mikrogravitasi yang sangat ideal digunakan di luar
angkasa.
Diketahui sebelum adanya kulkas tersebut, para astronot yang
bekerja di luar angkasa hanya mengandalkan makanan yang mereka bawa dari Bumi.
Sejak tahun 1961 misi luar angkasa dilakukan sama sekali
belum ditemukan kulkas yang bisa menyimpan makanan selama di luar angkasa.
Alhasil makanan yang mereka bawa dari Bumi punya waktu kadaluwarsa yang pendek.
Maksimal tiga tahun makanan tersebut layak dimakan.
Baca Juga:
Cara Menyimpan Jamur di Kulkas agar Tetap Segar Tanpa Lendir
Penggunaan kulkas mikrogravitasiitu nantinya mampu menjaga
kualitas makanan yang dibawa hingga enam tahun. Diketahui program pembuatan
kulkas luar angkasa ini merupakan salah satu program khusus NASA bertajuk Small
Business Innovation Research (SBIR).
Disebutkan Sciencetimes, ketiga tim yang ada di proyek ini
melakukan tiga kali eksperimen guna menemukan aspek-aspek berbeda.
Dalam pengujiannya, purwarupa lemari es ditempatkan di dalam
pesawat khusus yang terbang secara simulatif dalam lingkungan gravitasi mikro.
Data yang dikumpulkan dari eksperimen itu menunjukkan
purwarupa kulkas angkasa luar itu benar-benar bekerja dengan baik di lingkungan
gravitasi mikro.
Proses kerja kulkas di Bumi tidak mengalami perbedaan ketika
berada di ruangan gravitasi mikro. Dalam pengujian juga ditemukan bahwa kulkas
tersebut tidak mengalami kerusakan akibat kebanjiran cairan.
"Kami ingin memiliki kulkas yang tahan dan bekerja
dengan normal jika berada di situasi gravitasi nol. Analisis awal kami dengan
jelas menunjukkan bahwa desain kami memungkinkan gravitasi memiliki dampak yang
lebih kecil pada siklus itu," ujar Eckhard Groll, Head of the School of
Mechanical Engineering di Purdue University. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.