JUDUL di atas mungkin paling diingat para pelajar Indonesia
tentang contoh kalimat palindromik, yaitu kata-kata yang bacaannya sama dari
kiri dan kanan.
Tidak
banyak palindrom dalam bahasa Indonesia: makam, malam, masam, katak,
ketek, kutuk, kodok, kuduk, kakak, kekek, kokok, serta beberapa puluh lainnya
saja.
Baca Juga:
Brian Edgar Nababan Ditetapkan Tersangka Baru Kasus Binomo Indra Kenz
Dan
tidak jelas guna palindrom ini dalam berbahasa Indonesia, setidaknya bagi saya
selama 40 tahun terakhir.
Tiba-tiba
saja, dari ranah ilmu genetika, palindrom muncul secara
mengejutkan dalam akronim CRISPR: Clustered
Regularly-Interspaced Short Palindromic Repeats.
Tapi, tak usah repot menghafal atau memahami 6 kata aneh
ini. Biar itu untuk ahlinya saja.
Baca Juga:
Sederhanananya,
CRISPR adalah editor DNA yang dua penemunya baru saja diberi Hadiah Nobel Kimia
2020, Oktober lalu: Emmanuelle Charpentier (52 tahun, dari
Max Planck Institute, Jerman) dan Jennifer Doudna (56 tahun, dari UC Berkeley, Amerika Serikat).
DNA yang
terdiri dari sequence (rangkaian)
berstruktur double helix ACGT: adenin, citosin, guanin, dan timin; 4 molekul
dasar kehidupan di alam semesta ini; ekspresinya kadang negatif bagi kita,
muncul sebagai penyakit, kelemahan, atau keburukan; sehingga sangat perlu
diperbaiki;diterapi.
Rangkaian
ACGT tak sempurna inilah --panjangnya
antara puluhan sampai seratusan molekul-- yang
diedit oleh CRISPR dengan cara cut, copy, dan paste.
Maka, sequence "Kasur Nababan Rusak" di atas, sesudah diedit oleh Emmanulle Charpentier menggunakan
editor CRISPR, akan
berubah menjadi "Kasur Nababan Empuk".
CRISPR
sendiri adalah sebuah molekul khusus, berukuran besar, komponennya
pendek-pendek, tersusun secara berkala serta bersifat palindromik;diprogram
untuk memotong (menggunting) gugus ACGT yang tidak dikehendaki (Rusak) dan menggantinya dengan yang diinginkan (Empuk); secara cepat, berpresisi tinggi, dengan biaya
sekitar 1% saja dari dua teknologi pendahulunya.
CRISPR, semenjak penemuannya pada 2012, mengakibatkan revolusi dalam rekayasa genetika (genetic engineering) dan berlangsung
makin ekstensif dan intensif dewasa ini.
Dengan
teknologi CRISPR ini, kita
dimungkinkan punya bayi (manusia baru) yang sehat selama hidupnya, tak pernah
sakit sampai akhir hayatnya, penuh imunitas seluruh tubuhnya.
Bagi
kita manusia lama: dimungkinkan ganti organ (bukan cangkok) sepenuhnya: jantung,
ginjal, hati, paru, dan sebagainya; selain bahwa CRISPR bisa pula mengeliminasi
segala jenis sel kanker semenjak stadium nol.
Pada
hewan dimungkinkan rekayasa genetika dengan CRISPR untuk mengembangbiakkan
jenis-jenis hewan dengan fitur ideal: banyak daging, banyak bulu (domba),
melimpah susu, serta sedikit lemak saja.
Biota
laut yang selama ini dikenal bernilai ekonomis tinggi, seperti udang, teripang, lobster, tuna, marlin, dan
salmon, direkayasa dengan CRISPR untuk lebih melimpah bagi dunia dengan sifat-sifat unggul positif bagi manusia, planet, dan ekonomi.
Tetumbuhan
jauh lebih banyak yang bisa diperbaiki materi genetiknya. Segala jenis bahan
pangan bagi manusia dan hewan, flora untuk merehabilitasi sungai, danau, dan pantai.
Termasuk
tanaman industri: karet, eukaliptus, akasia, sawit, porang, dan tebu.
Sungguh
tidak terbatas peluang inovasinya dari hulu sampai ke hilir.
Tidak
salah mengatakan CRISPR merupakan temuan ilmiah paling berguna dalam 10 tahun
terakhir ini.
Mungkin
ia setara dengan AI, kecerdasan buatan, dalam teknologi komputasi-informasi.
Namun
kita perlu sehat-sehat berumur panjang untuk menyaksikan hasil-hasil CRISPR ini bermekaran dalam
Taman Eden Nusantara.
Maka, besemangatlah! (Jansen Sinamo, Kontributor)-dhn