WahanaNews.co | Cerita tentang pasangan suami istri (pasutri) Cahyo Yulianto (51) dan Wiwin Hariyati (48) yang tinggal di warung angkringan alias hik bersama ke-7 anaknya, viral di media sosial. Kisah pasutri yang sudah enam tahun berjualan hik itu pun menggungah haru.
Cahyo dan istrinya membuka warung hiknya di tepi Jalan Solo-Semarang, tepatnya di depan SMPN 3 Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Dia biasa membuka lapaknya mulai pukul 06.00 WIB-03.00 WIB.
Baca Juga:
Empat Korban Jiwa Akibat Kebakaran di Warung di Kabanjahe, Tim Puslabfor Polda Sumut Selidiki Penyebabnya
Lapak hik milik Cahyo itu berada di area trotoar, sementara perkakas miliknya diletakkan di lahan kosong di depan SMPN 3. Hik milik Cahyo itu memiliki panjang sekitar 5 meter dengan lebar kurang dari 2 meter.
Lokasi hik itu tak hanya digunakan untuk berjualan melainkan sebagai rumah bagi keluarganya bernaung. Di bagian bawah meja hiknya itu menjadi tempat tidur bagi anak-anaknya yang masih kecil.
Terlihat ada tikar dan bantal yang menjadi tempat anaknya merangkai mimpi. Di bawah meja itu mereka juga harus berbagi dengan kotak kardus yang berisi pakaian.
Baca Juga:
Dukung Usaha Warga Binaan, Serda Erwan Hutagalung Bantu Dirikan Tenda Warung
Sebelumnya hanya Cahyo dan Wiwin yang tidur di warung hik atau angkringan itu. Keluarga ini semula sempat tinggal di sebuah rumah kontrakan, namun karena tidak bisa membayar lalu diusir dan terpaksa tinggal di lokasi jualan.
"Sebelumnya anak-anak tidurnya di rumah kontrakan yang ada di Colomadu, Karanganyar," urai Cahyo saat ditemui di lokasi jualannya, Kamis (16/9/2021).
Dari 13 anak pasangan itu, 2 di antaranya sudah berkeluarga dan tinggal terpisah. Dua anak lain ikut neneknya, dua lainnya lagi sudah bekerja dan memilih tinggal di lokasi bekerja.
Sedangkan 7 anak yang masih kecil-kecil setiap hari tinggal bersama Cahyo dan Wiwin. Mereka tidur di kolong meja angkringan.
"Sesekali 2 anak yang tinggal bersama neneknya juga datang, tapi yang pasti tidur bersama kami di sini setiap malam ya 7 anak itu," ujar Wiwin.
Selama tinggal di lokasi jualan, untuk kebutuhan mandi dan kakus mereka harus ke SPBU yang berjarak sekitar 200 meter dari warungnya.
"Untuk kesehariannya seperti mandi, mencuci saya harus ke SPBU yang dekat dari sini," ujarnya.
Penghasilan Cahyo dan Wiwin pun tak menentu. Jika beruntung mereka bisa mengantongi penghasilan kotor mencapai Rp 500 ribu sehari.
"Kalau penghasilan bersih paling hanya Rp 100.000, tapi tetap kami syukuri," timpal sang istri.
Kadus di Batang Gantung Diri, Tinggalkan Wasiat Hamburkan Dana PKH
Tak hanya menjadi keluarga miskin, beberapa anak-anak Cahyo dan Wiwin juga putus sekolah. Anak tertua yang tinggal bersama mereka di warung hik, Kiki (18) baru saja di PHK dari salah satu toko roti tempatnya bekerja.
"Saya tidak lulus SMP, kelas 2 putus sekolah karena tidak ada biaya. Terus ngelamar di toko roti dan bekerja tapi sudah di PHK, sekarang ikut bantu orang tua jualan," terang Kiki.
Sejak kisah keluarga ini viral, sejumlah bantuan pun mulai berdatangan. Bantuan berupa sembako, mainan anak hingga uang itu datang dari yayasan maupun perorangan.
Lurah Kartasura Agus Zaelani mengatakan, Cahyo dan keluarga merupakan warga Kartasura. Agus menyebut bantuan sudah diterima langsung oleh yang bersangkutan.
"Tadi sudah mendapatkan bantuan dan juga diberikan uang untuk membayar uang kos selama dua bulan," ucapnya. [rin]