WahanaNews.co | Indonesia sudah cukup malang melintang di dunia perfilman.
Beberapa film Indonesia yang mendunia berhasil menorehkan prestasi di kancah internasional.
Baca Juga:
Berpotensi Masuk Kategori Film Terlaris, "Agak Laen" Tembus 5 Juta Penonton
Perfilman Indonesia sendiri telah mengalami perjalanan sejarah panjang.
Loetoeng Kasaroeng (1926) tercatat sebagai film pertama yang diproduksi di Indonesia.
Film bisu ini diproduksi oleh sutradara asal Belanda, L Heuveldorp dan G Krugers.
Baca Juga:
Capaian Ekonomi Kreatif: 20 Film Indonesia Pecahkan Rekor 1 Juta Penonton
Seiring berjalannya waktu, film Indonesia terus berkembang hingga sempat mencapai puncak pada era 1980-an.
Kala itu, film-film Indonesia merajai layar-layar bioskop.
Sejak saat itu, industri film di Indonesia terus berkembang dan mengalami berbagai perubahan.
Hingga saat ini, ratusan nomor film barangkali telah diproduksi di Indonesia.
Beberapa film di antaranya bahkan berhasil menorehkan prestasi di kancah internasional.
Tjut Nya' Dhien (1988) merupakan film Indonesia pertama yang diputar di salah satu ajang bergengsi, Cannes Film Festival.
Berikut beberapa film Indonesia yang mendunia.
1. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Sebelum ditayangkan di Indonesia, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak telah lebih dulu ditampilkan di berbagai festival film internasional.
Mulai dari Cannes Film Festival, New Zealand International Film Festival, Melbourne Film Festival, dan Toronto International Film Festival.
Berkisah mengenai Marlina (Marsha Timothy), film yang disutradarai oleh Mouly Surya ini mengangkat isu perempuan.
Marlina dikisahkan sebagai seorang janda yang melindungi dirinya dari ancaman pemerkosaan sekawanan perampok.
Dia memenggal kepala bos perampok, Markus (Egi Fredly).
Setelah peristiwa itu, Marlina melakukan perjalanan untuk mencari keadilan dan penebusan.
2. Sekala Niskala (2018)
Sekala Niskala, film besutan sutradara Kamila Andini, tercatat memenangkan sejumlah penghargaan internasional sebagai film terbaik.
Sebut saja Asian Pacific Screen Award, Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Tokyo FILMeX International Film Festival, hingga Berlin International Film Festival.
Mengangkat relasi sepasang kembar identik, Sekala Niskala berkisah tentang Tantri (Ni Kadek Thaly Titi Kasih) dan Tantra (Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena) yang hidup terpisah dalam kenyataan, tapi bersama dalam imajinasi.
Dikisahkan, Tantra didiagnosis mengalami penyakit mengerikan yang bisa membuat seluruh inderanya berhenti berfungsi.
Hari-hari Tantra harus terus dihabiskan di rumah sakit.
Di waktu yang sama, Tantri yang berada di rumah, diam-diam merindukan kehadiran Tantra hingga sering termenung.
Tanpa sadar, Tantri mengembangkan imajinasi yang kerap muncul di malam hari, di sinilah kisah Sekala Niskala mulai bergulir.
Dalam imajinasinya, Tantri mengalami momen-momen sureal yang menyenangkan bersama Tantra.
Namun sayang, momen itu akan selalu berakhir saat fajar tiba.
3. Kucumbu Tubuh Indahku (2018)
Kucumbu Tubuh Indahku menjadi salah satu film Indonesia yang cukup kontroversial.
Beberapa hari setelah penayangan perdana di layar bioskop Indonesia, muncul petisi yang menentang penayangan film karena dinilai tak sesuai dengan budaya Indonesia.
Film arahan sutradara kawakan, Garin Nugroho, ini berkisah mengenai seorang penari lengger dalam tradisi Reog.
Ia menjadi gemblak dari seorang warok.
Tradisi ini kerap dikaitkan dengan isu homoseksualitas.
Meski demikian, film ini berhasil menorehkan prestasi di berbagai festival film internasional.
Film ini meraih penghargaan Bisato D'Oro Award dalam Venice Independent Film Critic dan Cultural Diversity Award dalam Asian Pasific Screen Awards.
Film ini juga terpilih sebagai film terbaik dalam Festival Des 3 Continents.
4. Senyap (2014)
Senyap atau The Look of Silence merupakan film dokumenter Indonesia yang dibesut oleh sutradara berkebangsaan Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer.
Berbagai penghargaan internasional dimenangkan oleh film yang mengangkat salah satu sudut sejarah Indonesia ini.
Film ini juga bahkan terpilih sebagai nominasi Best Documentary Feature dalam Academy Awards 2016.
Sebagai film dokumenter sejarah, film ini mengambil tema sentral seputar pembantaian massal pada 1965 silam.
Berbeda dengan Jagal, film sebelumnya yang menyoroti sisi pelaku pembantaian, Senyap justru menerawang kegundahan sosok Adi, seorang penyintas dan keluarga korban.
5. Pengabdi Setan (2017)
Pengabdi Setan bisa dibilang menjadi salah satu film Indonesia yang populer.
Film ini tercatat sebagai film Indonesia terlaris pada tahun 2017.
Disutradarai oleh Joko Anwar, film ini merupakan remake dari film berjudul sama pada 1980 silam.
Dengan segala kelebihannya, film ini berhasil go international.
Salah satunya dengan terpilih sebagai Film Horor Terbaik di ajang Toronto After Dark Film Festival.
Tak hanya itu, film ini juga diputar di sejumlah negara lainnya, termasuk di antaranya Amerika Serikat.
6. Yuni (2021)
Yuni menjadi film Indonesia teranyar yang meraih penghargaan bergengsi di kancah internasional.
Film yang disutradarai oleh Kamila Andini ini baru saja berhasil meraih penghargaan Platform Prize di Toronto International Film Festival.
Film Yuni berusaha mengangkat isu perempuan.
Yuni (Arawinda Kirana) dikisahkan sebagai seorang perempuan pintar dengan mimpi tinggi yang tinggal di tengah lingkungan yang patriarkis.
Ia menolak berbagai lamaran pria yang ingin mempersuntingnya.
Namun, sebuah mitos menghantuinya.
Mitos menyebutkan bahwa jika seorang perempuan menolak dua kali lamaran, maka dia tak akan pernah menikah selama-lamanya.
7. Turah (2016)
Turah menjadi salah satu film drama Indonesia berbahasa Tegal yang mendunia.
Film karya sutradara Wicaksono Wisnu Legowo ini berhasil menjajal berbagai ajang festival film internasional.
Film ini memenangkan Special Mention Silver Award pada Singapore International Film Festival.
Film ini juga membawa penghargaan Geber Award dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival.
Turah berkisah mengenai kehidupan masyarakat Kampung Tirang, Tegal, yang mengalami isolasi bertahun-tahun.
Perlahan tapi pasti, berbagai masalah pun bermunculan.
8. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021)
Sama seperti Yuni, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas juga menjadi film Indonesia terbaru yang meraih penghargaan internasional.
Pada Agustus lalu, film garapan sutradara Edwin ini berhasil memenangkan Golden Leopard, sebagai penghargaan tertinggi pada ajang Locarno Film Festival di Swiss.
Baru-baru ini, film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Eka Kurniawan ini juga dikabarkan menjadi satu-satunya film yang mewakili Indonesia di Tokyo International Film Festival.
Film ini berkisah mengenai seorang jagoan bernama Ajo Kawir.
Ia jatuh cinta pada seorang petarung perempuan tangguh bernama Iteung.
Namun, di balik itu semua, Ajo Kawir menyimpan sebuah rahasia, bahwa dirinya mengidap disfungsi ereksi.
9. Prenjak (2016)
Prenjak menjadi salah satu film pendek Indonesia yang berhasil malang melintang di kancah internasional.
Mengangkat hal yang cukup tabu, film besutan sutradara Wregas Bhanuteja ini terpilih memenangkan Leica Cine Discovery Prize pada Cannes Film Festival 2016.
Atas kemenangan tersebut, Prenjak menjadi film Indonesia pertama yang menang di kategori apa pun di festival bergengsi tersebut.
Seorang kritikus bahkan menyebutnya sebagai “film yang memiliki puisi yang mendalam”.
Film ini dibuat berdasarkan pengalaman atau praktik perempuan penjual ronde di Alun-alun Yogyakarta.
Diah (Rosa Winenggar) meminta temannya, Jarwo (Yohanes Budyambara), untuk membeli korek api yang dijualnya seharga Rp 10 ribu.
Dengan membeli korek api, Jarwo diperbolehkan melihat alat kelamin Diah tanpa boleh menyentuhnya. [dhn]