WahanaNews.co | Belakangan ini, mainan latto-latto alias clackers ball ngetren lagi, dan ramai dimainkan oleh anak-anak hingga orang dewasa.
Saking ramainya permainan ini, seorang warganet mengaku kesal karena banyak anak kecil yang memainkan latto-latto, dan suaranya lumayan berisik.
Baca Juga:
Mabes Polri Ungkap Suap dari Klub Bola Senilai Rp800 Juta untuk Promosi ke Liga 1
Apa itu latto-latto?
Dilansir dari The Guardian, (26/7/2001), latto-latto atau clackers ball adalah pendulum dengan dua bola pemberat serupa yang terikat pada tali dengan cincin di atasnya.
Mainan ini populer sejak 1960-an.
Baca Juga:
Pengurus Old Crack Madina Dr Sapran Sumbangkan Bola Di Kompetisi Garuda Cup IX
Saat dimainkan, dua bola plastik atau pendulum itu memantul satu sama lain dan menimbulkan bunyi "klak" yang memuaskan.
Dikutip dari Ravalli Republic, tujuan dari permainan ini adalah memungkinkan dua bola saling beradu secepat mungkin dan sekeras mungkin.
Hal ini mengakibatkan mainan hancur dan pecah berserakan di mana-mana.
Beberapa orang beranggapan bahwa tujuan dimainkanya clackers ball untuk membuat bola saling beradu saja hingga berbunyi beruntun.
Sebab, butuh trik atau usaha untuk membuat kedua bola ini saling beradu di posisi atas.
Sempat dilarang
Clackers ball sempat dilarang dimainkan di beberapa negara. Alasannya adalah karena permainan itu tidak bermanfaat dan cenderung melukai.
Saat bola pendulum itu rusak, maka pecahannya bisa melukai wajah anak-anak atau meledak menjadi hujan plastik tajam.
Diketahui, permainan clackers ball resmi dilarang dimainkan pada 1985.
Pada 2017, polisi Mesir melarang keras pedagang kaki lima menjual clackers ball, meski saat itu mainan tersebut memang sedang populer.
Alasannya, permainan clackers ball dianggap menghina presiden Mesir saat itu, Abdel Fattah al-Sisi.
Saat itu, mainan tersebut dijuluki "pendulum Sisi" atau "buah zakar Sisi".
"Kepala Direktorat telah memutuskan untuk tegas menghadapi pedagang mainan ini dan menertibkan semua perilaku negatif yang membuat marah warga," demikian larangan tersebut, dikutip dari New Arab, 9 November 2017.
Sumber mengatakan kepada situs berita online Rassd bahwa Kementerian Pendidikan Mesir memerintahkan para guru untuk menyita mainan tersebut dari siswa di sekolah-sekolah milik negara. [eta]