WAHANANEWS.CO, Jakarta - ‘Samsara’, film terbaru garapan Garin Nugroho, akhirnya resmi dijadwalkan tayang di bioskop-bioskop Indonesia pada 20 November 2025.
Informasi penayangan nasional ini tercantum dalam pengumuman terbaru pada laman resmi Lembaga Sensor Film (LSF), menjawab penantian para pencinta film Tanah Air yang sejak tahun lalu menunggu kehadiran karya eksperimental tersebut.
Baca Juga:
Film No Other Choice Tunjukkan Bahaya Alasan Pembenaran di Dunia Kerja dan Hidup Modern
Film ini sesungguhnya telah lebih dahulu melanglang buana pada 2024 dan menyita perhatian publik internasional. ‘Samsara’ hadir sebagai film bisu hitam-putih yang memadukan gaya visual simbolik dengan sentuhan artistik khas Garin.
Keberaniannya mengusung format klasik membuat film ini menonjol di tengah dominasi film modern berdialog.
Penayangan perdananya berlangsung pada 10 Mei 2024 di Esplanade Theatres on the Bay, Singapura, dan mendapat sambutan antusias.
Baca Juga:
MD Pictures Hadirkan “Si Paling Aktor”: Lucu, Tegang, dan Penuh Makna
Setelah itu, film ini tampil dalam rangkaian program Indonesia Bertutur 2024 di Bali serta diputar kembali di Jakarta pada pertengahan Desember tahun yang sama.
Respons positif terus mengalir, terutama dari penonton yang mengapresiasi eksperimen estetika dan pesan filosofisnya.
Kisah dalam ‘Samsara’ mengambil latar Bali pada era 1930-an. Tema cinta lintas kasta, pergulatan batin, dan unsur-unsur mistik menjadi fondasi ceritanya.
Tokoh utama Darta diperankan Ario Bayu digambarkan sebagai pemuda miskin yang cintanya ditolak lantaran tidak sekelas dengan keluarga sang pujaan hati, Sinta, yang dimainkan Juliet Widyasari Burnett.
Tekanan hidup dan rasa putus asa mendorong Darta melakukan perjanjian gelap dengan Raja Monyet demi mendapatkan kekayaan yang selama ini tidak pernah ia miliki.
Namun, keputusan itu justru menjerumuskannya ke dalam kutukan kelam yang membayangi istri dan anaknya selama hidup mereka.
Melalui alur tersebut, film ini menyampaikan refleksi tentang ambisi manusia, konsekuensi keserakahan, serta batas moral ketika seseorang mencoba menantang nasib.
Secara teknis, ‘Samsara’ menuai banyak pujian. Sinematografi karya Batara Goempar disebut mampu merangkum keindahan sekaligus kegelapan narasi, sementara komposisi musik Wayan Sudirana dan Kasimyn mempertebal atmosfer mistis film.
Tanpa dialog, Garin mengandalkan kekuatan ekspresi, gerakan tubuh, dan detail visual untuk membangun emosi mengingatkan pada tradisi film era awal namun dengan sentuhan modern.
Prestasi ‘Samsara’ pun tidak sedikit. Film ini meraih berbagai penghargaan sebelum masuk bioskop nasional, termasuk kemenangan di Asia Pacific Screen Awards 2025 untuk kategori Best Film, Best Director (Garin Nugroho), dan Penata Kamera (Batara Goempar).
Di kancah domestik, ‘Samsara’ memborong empat Piala Citra FFI 2024, di antaranya Sutradara Terbaik dan Sinematografi Terbaik.
Dengan kekayaan budaya yang diangkat dan pendekatan visual yang unik, film ini diperkirakan menjadi salah satu karya yang paling dibicarakan tahun ini.
LSF menetapkan film ini dalam klasifikasi R13, sehingga dapat ditonton oleh remaja hingga dewasa.
Penayangan resmi ‘Samsara’ pada November 2025 menjadi momentum penting dalam perjalanan Garin Nugroho di dunia perfilman.
Penonton dipastikan diajak menyelami dunia yang penuh simbol, estetika, dan interpretasi yang luas, ciri khas kuat dari sang sutradara.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]