WahanaNews.co | Perayaan Hari Raya Natal sering didominasi warna merah dan hijau pada setiap dekorasi serta pernak-pernik.
Mulai dari pohon Natal, lonceng, rangkaian bunga, kaos kaki, pita, lampu hias, lilin, dan lainnya.
Baca Juga:
Berlakukan Sanksi, 3 Negara Ini Terang-terangan Larang Perayaan Natal
Warna-warna cerah tersebut memberikan suasana bahagia dan meriah pada perayaan Hari Raya Natal.
Mungkin sebagian orang bertanya, kenapa Natal identik dengan warna merah dan hijau?
Sekjen Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Rm. Adi Prasojo menjelaskan, warna merah dan hijau tersebut merupakan pengaruh dari budaya barat.
Baca Juga:
Natal Berlangsung Khidmat, Suasana Kalimantan Timur Aman dan Lancar
Sebab, perayaan Hari Raya Natal dipenuhi dengan tradisi negara barat seperti pohon Natal, goa Natal, Sinterklas, dan sebagainya.
Adi Prasojo menjelaskan warna merah dan hijau merupakan warna tanaman di negara barat pada musim dingin.
“Dekorasi tanaman biasanya bercorak merah dan hijau, karena ini tradisi barat dimana di sana ada empat musim. Sementara, tanaman cerah meriah warna hijau dan merah tumbuh di sana,” terangnya dilansir dari Kompascom, dikutip Rabu (21/12/2022).
Ia menjelaskan, perayaan hari raya Natal pada 25 Desember berawal dari tradisi masa Kekaisaran Romawi di negara barat yang menandai pergantian musim.
Maka tidak heran, jika banyak pengaruh budaya barat pada pernak pernik perayaan Hari Raya Natal.
“Tradisi Natal 25 Desember, menurut sejarahnya berawal dari tradisi Kekaisaran Romawi (sebelum Kekristenan) yang menandai sebagai pergantian musim baru,” terangnya kepada Kompas.com.
Ia melanjutkan perayaan Hari Raya Natal setiap 25 Desember seperti sekarang ini baru muncul pada abad ke-2 dan ke-3 masehi.
Sebab, pada awal berdirinya gereja, umat Kristiani fokus pada perayaan Hari Paskah yang merupakan peringatan Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian.
“Pada awal berdirinya gereja, pemimpin serta jemaat saat itu lebih menaruh perhatian pada perayaan Kebangkitan Yesus dalam hari raya Paskah,” imbuhnya.
Mengutip dari laman Reader’s Digest, seorang ilmuwan dari University of Cambridge’s Hamilton Kerr Institute bernama Spike Bucklow pernah meneliti topik ini.
“Seseorang dapat melacak akar dari warna ini selama berabad-abad, ke masa ketika warna itu sendiri memiliki makna simbolis,” ujarnya dikutip dari Reader’s Digest.
Berdasarkan risetnya, warna merah dan hijau pada Hari Raya Natal berasal dari orang Celtic kuno yang memuja tanaman holly karena selalu berwarna hijau dan merah.
Oleh sebab itu, orang Celtic kuno meyakini bahwa tanaman holly diciptakan untuk menjaga bumi tetap indah selama musim dingin.
Selanjutnya, mereka menggunakan tanaman berwarna cerah sebagai simbol perlindungan dan kemakmuran dalam perayaan Hari Raya Natal yang berlangsung di tengah musim dingin.
Tradisi tersebut berlanjut pada masa orang Victoria, yang menggunakan warna merah dan hijau pada dekorasi Natal mereka.
Melansir dari Insider, Penulis buku The Secret Language of Color, Arielle Eckstut juga menuturkan bahwa warna merah dan hijau dalam perayaan Natal berasal dari pohon holly.
Pohon itu tetap berwana hijau di tengah musim dingin yang bertepatan dengan perayaan Hari Raya Natal.
Selain itu, terdapat buah ceri merah di antara dedaunan hijau.
“Karena holly adalah satu-satunya hal yang terang di lingkungan pada saat musim dingin, sehingga alam telah memberikannya kepada kita sebagai simbol,” tuturnya. [rgo]